100 Tahun Yap Thiam Hien (1913-2013)
Lestantya R. Baskoro,
WARTAWAN TEMPO
Kita merindu pada sebuah keteguhan hati: Yap Thiam Hien.
Saya bayangkan sosoknya di suatu hari pada tahun 1966. Ia berada di ruang sidang Mahkamah Militer Luar biasa. Ia tampil membela Soebandrio, bekas wakil perdana menteri yang didakwa berperan dalam peristiwa kudeta berdarah G30S yang gagal itu. Semua orang menyumpahi Soebandri, dan Yap mengambil risikonya, menjadi pembela "musuh negara dan bangsa" tersebut.
Dengan suaranya yang keras-suara yang disalurkan lewat speaker ke luar ruang sidang agar ratusan pengunjung lainnya di luar gedung bisa mendengar-Yap mencecar Soebandri. "Apakah pada waktu Saudara menjabat Perdana Menteri ada anggota parlemen yang tidak setuju dengan pendapat Saudara? Apakah ada partai-partai politik yang tidak setuju dengan Saudara? Ketika Soebandrio menjawab, "Tidak ada," Yap kembali mengejar, "Barangkali dari pihak tentara ada yang tidak setuju?" Kembali Soebandrio menjawab, "Tidak ada!"
Lestantya R. Baskoro,
WARTAWAN TEMPO
Kita merindu pada sebuah keteguhan hati: Yap Thiam Hien.
Saya bayangkan sosoknya di suatu hari pada tahun 1966. Ia berada di ruang sidang Mahkamah Militer Luar biasa. Ia tampil membela Soebandrio, bekas wakil perdana menteri yang didakwa berperan dalam peristiwa kudeta berdarah G30S yang gagal itu. Semua orang menyumpahi Soebandri, dan Yap mengambil risikonya, menjadi pembela "musuh negara dan bangsa" tersebut.
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini