MADRID - Pandawa lima ini datang dari La Fabrica, sekolah sepak bola milik Real Madrid. Saat ini, mereka masih bertahan di skuad utama Real Madrid.
Tak mudah, tentu saja. Lucas Vazquez, Federico Valverde, Dani Carvajal, Casemiro, dan Nacho Fernandez harus berjuang untuk memperebutkan menit bermain dengan pemain lain.
Vazquez dan Casemiro tak membantah betapa kerasnya perjuangan pemain akademi untuk masuk ke tim utama. "Namun sudah menjadi mimpi setiap anak akademi bisa bergabung dengan tim senior. Seperti saya. Karena itu, saya ingin sampai pensiun di sini," kata Vazquez.
Adapun Casemiro menyebutkan pemain junior Madrid harus punya mental yang kuat jika ingin bersaing masuk ke tim utama. "Sebab, kami benar-benar diperlihatkan sisi kelam sepak bola. Anda bisa ditendang ke luar jika dianggap tak layak," kata pemain berkebangsaan Brasil itu.
Kelima pemain ini tentu saja hebat. Tak banyak pemain lulusan akademi sepak bola klub itu sendiri yang bisa menembus skuad utama.
Madrid memang unik. Meski memiliki akademi sendiri, klub berjulukan Los Blancos lebih menyukai pemain yang sudah jadi. Akibatnya, tak sedikit lulusan La Fabrica yang kemudian terpental dari Santiago Bernabeu.
Ke manakah mereka pergi? Tak bisa memenuhi klasifikasi Madrid, mereka dijual ke klub-klub lain. Petinggi klub mencium fulus dari penjualan anak-anak muda itu.
Contoh paling akhir adalah Marcos Llorente dan Raul de Thomas pada bursa transfer musim panas lalu. Llorente dijual ke Atletico Madrid dengan harga 30 juta euro atau sekitar Rp 484 miliar dan Thomas dilepas ke Espanyol senilai 20 juta euro atau sekitar Rp 322 miliar.
Menurut media Spanyol, andai saja mau menahan lebih lama, Madrid diyakini bisaberoleh untung lebih banyak. Dari penjualan pemain akademinya, mereka disebutkan mengantongi duit 300 juta euro atau sekitar Rp 4,8 triliun dalam kurun 10 tahun terakhir.
Tak hanya itu. Jumlah mereka terus meningkat. Bahkan media AS menyebutkan, dalam beberapa tahun terakhir, La Fabrica lebih unggul dibanding La Masia dalam mencetak bibit pemain.
Menurut media itu, 41 pemain lulusan La Fabrica kini bermain di lima kompetisi papan atas Eropa. Di La Liga sendiri, musim ini tercatat ada 42 pemain yang pernah mencicipi pendidikan di La Fabrica.
Dengan kata lain, sekitar 8 persen dari populasi pemain La Liga berasal dari Valdebebas, pusat pendidikan dan latihan Madrid. Capaian ini telah melangkahi yang diraih La Masia.
Di sekolah milik Barcelona sendiri, selepas mencetak pemain hebat, seperti Lionel Messi, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Cesc Fabregas, hingga Gerard Pique, belum ada lagi nama yang bersinar.
Sejumlah nama pemain, seperti Carles Perez, Carles Alena, Juan Miranda, hingga Rafinha, dianggap tak cukup pantas untuk bergabung bersama tim utama. Akhirnya, mereka dipinjamkan ke klub lain.
Celakanya, Blaugrana mengikuti pola pikir Madrid dalam beberapa tahun terakhir. Mereka lebih memilih cara instan untuk membangun kekuatan, yakni membeli pemain bintang.
Contohnya, mereka membeli Coutinho dari Liverpool pada 2017 seharga 145 juta euro. Pada tahun yang sama, Barca membeli Ousmane Dembele dari Borussia Dortmund seharga 125 juta euro dan terakhir memboyong Antoine Griezmann dari Atletico seharga 120 juta euro.
Faktanya, Manajer Barcelona saat ini, Quique Setien, pernah menyebutkan bahwa ia memang kurang tertarik mendatangkan pemain dari akademi. Menurut dia, kualitas pemain akademi kurang cukup matang untuk diajak mengarungi kompetisi La Liga.
"Bukannya saya menolak pemain akademi. Tapi menurut saya, mereka perlu meningkatkan kualitasnya," kata mantan Manajer Real Betis itu.
Nahas, ketiga pemain tersebut belum mampu memberikan efek besar untuk penampilan Barca. Paling miris, Coutinho malah dipinjamkan ke Bayern Muenchen pada musim ini. Kabarnya, pemain berkebangsaan Brasil itu akan dilego pada bursa transfer musim panas nanti.
Nah, kondisi ini yang membuat para pemain La Fabrica rupanya lebih bersinar. INDRA WIJAYA | DAILYMAIL | GOAL | MARCA
La Fabrica Mulai Menyalip La Masia