JAKARTA - Federasi Angkat Besi Dunia (IWF) memberikan hukuman kepada atlet angkat besi Thailand dan Malaysia setelah mereka terlibat kasus doping. Hukuman terberat untuk para lifter kedua negara tersebut adalah dilarang ikut Olimpiade Tokyo.
Panel Sanksi Federasi Anggota Independen (IMFSP) dari IWF juga menjatuhkan hukuman denda senilai Rp 3 miliar lebih kepada federasi angkat besi Thailand (TAWA), seperti dilansir laman resmi IWF, Sabtu malam lalu. Sanksi ini menyusul temuan ihwal delapan lifter Thailand, termasuk dua juara bertahan Olimpiade, yang positif menggunakan zat terlarang pada tahun lalu.
Kendati demikian, TAWA dan federasi angkat besi Malaysia (MWF) masih diberi kesempatan untuk mengajukan gugatan banding atas hukuman tersebut ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) dalam waktu 21 hari.
Lifter Thailand terbukti positif doping setelah menjalani tes tambahan di Cologne, Jerman. Sampel darah para atlet itu diambil pada November lalu saat mengikuti Kejuaraan Dunia di Turkmenistan. Bagi Thailand, ini bukanlah yang pertama kali karena sebelumnya atlet mereka juga terlibat dalam skandal doping pada 2011. Saat itu, tujuh atlet putri remaja Thailand terbukti positif doping.
Atas pelanggaran tersebut, IWF menangguhkan status keanggotaan TAWA selama tiga tahun hingga 1 April 2023. Status TAWA akan ditinjau ulang dan dapat dicabut pada 7 Maret 2022, jika TAWA dapat menunjukkan bahwa mereka telah memenuhi kriteria yang ditentukan.
Thailand secara tidak langsung menerima hukuman itu setelah secara sukarela tidak mengirim lifternya ke berbagai kejuaraan internasional, termasuk Olimpiade Tokyo, karena temuan doping tersebut. Sebelumnya, semua pemimpin TAWA juga menyatakan mengundurkan diri kurang dari sebulan setelah dugaan penyalahgunaan doping oleh lifter junior yang muncul dalam serial dokumenter di stasiun televisi Jerman.
Adapun untuk Malaysia, federasi internasional melarang semua atlet angkat besi negara tersebut untuk berkompetisi di Olimpiade Tokyo pada tahun depan. Federasi juga menangguhkan semua kegiatan MWF untuk jangka 12 bulan hingga 1 April 2021. Hukuman larangan bertanding selama satu tahun itu dapat dicabut pada 4 Oktober tahun ini, jika federasi Malaysia dapat menunjukkan bahwa mereka telah memenuhi kriteria yang ditentukan.
Presiden MWF Datuk Ayub Rahmat, dalam sebuah pernyataannya, mengatakan akan mempelajari masalah ini untuk melihat apakah pihaknya akan naik banding atau tidak atas putusan tersebut. "Malaysia sementara akan tunduk pada keputusan IWF dengan tidak mengikuti kejuaraan tingkat internasional. Sementara kompetisi tingkat nasional dapat berjalan sesuai dengan rencana," kata Rahmat.
Dia menjelaskan, Malaysia telah menghadiri sidang yang digelar Panel Sanksi Federasi Anggota Independen pada 6 Maret lalu melalui Skype. Panel yang berjumlah lima orang, yang dipimpin Richard Young dari Amerika Serikat, itu kemudian menyampaikan putusannya pada 1 April lalu.
Adapun Olimpiade Tokyo 2020 telah secara resmi diundur setahun karena pandemi virus corona. Direncanakan dihelat pada 24 Juli-9 Agustus 2020, Olimpiade diundur menjadi 23 Juli-8 Agustus 2021. Dari total 11 ribu atlet yang akan ikut Olimpiade, sekitar 57 persen atlet sudah dinyatakan lolos kualifikasi. Namun sebagian cabang olahraga lain belum menyelesaikan kualifikasi setelah wabah Covid-19 membatalkan hampir semua agenda olahraga di dunia.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyatakan atlet-atlet yang telah lolos kualifikasi Olimpiade 2020 tetap bisa memegang tiket mereka. Namun semua atlet harus dipilih kembali secara individu oleh Komite Olimpiade Nasional (NOC) di negara masing-masing untuk dapat mengikuti Olimpiade tahun depan. "Dalam dunia olahraga, NOC mempunyai hak untuk memilih atlet," kata Direktur Olahraga IOC Kit McConnell.
Khusus untuk cabang sepak bola, IOC masih berdiskusi dengan FIFA ihwal aturan hanya atlet berusia di bawah 23 tahun yang diperbolehkan bertanding. Dalam banyak kasus, beberapa pemain sepak bola akan melewati batas usia yang telah ditentukan pada tahun depan, meskipun mereka sudah lolos kualifikasi pada tahun ini.
Dalam beberapa cabang olahraga, menurut McConnell, ada aturan spesifik mengenai batasan usia atlet, baik usia terendah maupun tertinggi. Hal itu demi keselamatan sekaligus penyetaraan, seperti yang diterapkan dalam aturan sepak bola putra dengan usia di bawah 23 tahun. "Kami masih berdiskusi dan harus mencapai kesepakatan dalam beberapa minggu ke depan," kata McConnell.
Regulasi yang ada menyebutkan cabang sepak bola putra di Olimpiade hanya diikuti oleh timnas U-23, ditambah tiga pemain senior. Sedangkan pada turnamen putri tidak ada batasan umur. Dengan jadwal Olimpiade yang diundur, usia pemain otomatis bertambah. Pemain yang seharusnya bisa tampil tahun ini bakal berusia 24 tahun pada tahun depan. TELEGRAPH | FIRSTPOST | MALAYMAIL | NUR HARYANTO