BOGOR - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga memperingatkan ancaman kekeringan di daerah Jawa Barat. Menurut Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga, Dedi Sucahyono, berdasarkan pantauan citra satelit cuaca, tidak ada awan yang berpotensi hujan dalam dua bulan ke depan. "Tidak ada kumpulan awan yang berpotensi hujan dalam dua bulan ke depan," kata dia saat dihubungi Tempo, Kamis lalu.
Musim kemarau diperkirakan akan berlangsung hingga September mendatang. Untuk itu, sebagian besar wilayah Jawa Barat sudah masuk dalam status kekeringan.
Dedi mengatakan, berdasarkan pantauan satelit cuaca milik BMKG, beberapa daerah di Jawa Barat yang terancam kekeringan karena tak diguyur hujan dalam 26–30 hari adalah Bogor, Bekasi, Karawang, Subang, Sumedang, Cirebon, Sukabumi, dan Cianjur. Adapun daerah yang tidak pernah diguyur hujan lebih dari 31–60 hari adalah Indramayu, Losareng, Cirebon, dan Majalengka. "Wilayah-wilayah tersebut adalah daerah pesawasan yang menjadi lumbung beras di Jawa Barat," kata dia.
BMKG juga menyatakan musim kemarau tahun ini diperkirakan akan lebih ekstrem dan lebih lama dibanding pada tahun-tahun sebelumnya. Sebabnya, El Nino melanda bagian tengah Samudra Pasifik sehingga mengakibatkan musim kemarau tahun ini lebih lebih panjang dibanding tahun sebelumnya.
Kekeringan melanda sebagian besar wilayah Jawa Barat. Di Indramayu, sekitar 19 ribu hektare area tanaman padi terancam puso pada musim tanam tahun ini. Hal ini terjadi karena hujan sudah lama tak turun di wilayah Indramayu. Di Cianjur, sekitar 43 hektare lahan pertanian didera kekeringan. Adapun di Subang, ribuan lahan pertanian terancam puso.
Meski ancaman kekeringan meluas, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan optimistis target produksi padi tahun ini bakal tercapai. "Insya Allah tidak mengganggu target kalau segera hujan, tanaman yang kering langsung diganti dengan yang baru," kata dia, kemarin.
Pemerintah sudah mengupayakan sejumlah langkah untuk mengantisispasi kekeringan, di antaranya dengan membuat sumur pantek, memompa air dari sumber air terdekat, termasuk menggelar salat minta hujan atau istisqa.
Saat ini kekeringan sudah melanda 49 ribu hektare sawah, dan mengancam 100 ribu hektare. Jumlahnya, kata Heryawan, masih lebih kecil dibanding luas tanam padi di Jawa Barat yang mencapai 900 ribu hektare. "Meskipun tidak banyak akan terjadi pengurangan produksi padi," kata dia.
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jawa Barat, Eddy S. Nasution, mengatakan, dari seluruh lahan sawah yang mengandalkan irigasi teknis di Pantura, hanya 10 persen yang berpotensi terancam kekeringan. "Pontensinya antara 60 ribu sampai 70 ribu hektare," kata dia di Bandung, kemarin.
Irigasi itu hanya sanggup mengairi sawah hingga tiga bulan ke depan. "Kalau tidak ada hujan dalam tiga bulan mendatang, akan terjadi kekeringan," kata dia.
Lokasi sawah yang terancam kekeringan sebagian besar berada di Indramayu dan Karawang. Menurut Eddy, irigasi di wilayah utara lebih rentan terancam kekeringan karena satu bentang irigasi bisa mengairi hamparan luas sawah. Sementara itu, di selatan, diuntungkan dengan topografi yang berbukit sehingga lebih lama menahan air.SIDIK PERMANA | AHMAD FIKRI
Gubernur Jawa Barat Salat Minta Hujan
BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meminta semua daerah menggelar salat istisqa sebagai salah satu upaya menghadapi kekeringan. "Nabi mengajarkan seperti itu, saat panas tiba, istisqa. Minta hujan pada Allah, berdoa meminta hujan," kata dia di Bandung, kemarin.
Upaya itu, kata Heryawan, melengkapi langkah yang sudah dilaksanakan untuk mengantisipasi dampak kekeringan. Saat ini, misalnya, sudah 49 ribu hektare sawah mengalami kekeringan dan 100 ribu hektare lagi terancam di Jawa Barat. "Ini sebuah mekanisme rohaniah yang diajarkan Nabi," kata dia.
Dia mencontohkan dengan menggelar salat istisqa itu di halaman depan kantornya di Gedung Sate, Bandung. Salat yang dilakukan bersama Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, pejabat pemerintah, dan pegawai negeri itu digelar selepas salat Jumat.
Selepas salat istisqa yang diimami Hilman Rosyad, Heryawan memberikan khotbah sekaligus memimpin doa. Dalam khotbahnya, Heryawan mengatakan Nabi Muhammad mencontohkan salat istisqa dilakukan tanpa perlu menunggu kekeringan sudah parah.
Heryawan mengklaim, salat istisqa digelar serempak di sejumlah daerah. Dia mengaku sudah menghubungi seluruh ormas Islam dan pimpinan Majelis Ulama Indonesia tiap daerah untuk bersama-sama melaksanakan salat.
Selepas salat istisqa, awan hitam mulai membayang. Matahari yang sebelumnya terik, mendadak redup. Sepekan terakhir langit terlihat cerah, minim awan. Sudah sebulan terakhir hujan belum turun di wilayah Bandung.
Pelaksanaan salat meminta hujan dilakukan pula di Bogor. Salat dilaksanakan di Lapangan Sempur kemarin siang. "Sesuai arahan Pak Wali Kota, kami dan warga diminta melaksanakan salat istisqa," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor Adam Ibrahim. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Budi Aksomo, mengatakan ada 43 desa dan 15 kecamatan yang mengalami krisis air bersih di Bogor. Distribusi air bersih sudah dilakukan, namun belum merata ke sejumlah daerah yang mengalami kekeringan. AHMAD FIKRI | ARIHTA U. SURBAKTI