JAKARTA – Pegiat pendidikan dan perkumpulan guru meminta pemerintah tak hanya memvaksin guru dan tenaga pendidik. Mereka juga mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan vaksinasi terhadap puluhan juta siswa di Indonesia. Desakan vaksinasi siswa ini muncul setelah pemerintah menargetkan pelaksanaan pembelajaran tatap muka pada Juli mendatang.
Ketua Umum Jaringan Sekolah Digital Indonesia, Ramli Rahim, menyatakan menolak wacana pemberlakuan sekolah tatap muka apabila pemerintah tidak melakukan vaksinasi terhadap siswa. Menurut dia, vaksinasi terhadap tenaga pendidik tidak cukup menjamin sekolah tersebut aman dari Covid-19. “Karena problem utamanya ada di siswa sebagai komunitas terbesar dalam sekolah,” ucap Ramli kepada Tempo, kemarin.
Presiden Joko Widodo sebelumnya menjanjikan vaksinasi terhadap 5 juta guru dan tenaga pendidik di Indonesia. Vaksinasi akan dimulai pada Maret hingga Juni mendatang. Mereka menjadi prioritas program vaksinasi lantaran pemerintah ingin membuka sekolah. Presiden Jokowi menghendaki pembelajaran tatap muka bisa segera dimulai kembali.
Ramli khawatir akan bahaya apabila vaksinasi hanya diberikan kepada guru dan tenaga pendidik, tapi nasib siswa diabaikan. Jumlah guru di Indonesia mencapai 2,7 juta, sedangkan jumlah siswa mencapai 44,6 juta. Artinya, siswa memiliki peran cukup besar tertular dan menularkan virus corona. Apalagi anak-anak belum tentu memahami penerapan protokol kesehatan, terutama menjaga kebersihan dan jaga jarak. Untuk itu, Ramli mendesak agar semua siswa juga divaksinasi apabila ingin sekolah dibuka kembali.
Siswa saat mengikuti pembelajaran tatap muka di SDN 06 Pekayon Jaya, Bekasi, Jawa Barat, 3 Agustus 2020. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Dia mengusulkan agar siswa yang memiliki kemampuan membeli vaksin dapat divaksin secara mandiri. Sedangkan vaksinasi siswa miskin dapat ditanggung negara. Hal ini juga untuk mempercepat program vaksinasi nasional terhadap seluruh siswa, guru, dan tenaga pendidik di semua wilayah. “Kalau cuma tenaga pendidik yang divaksin, gurunya terlindungi, tapi anak didiknya tidak.”
Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim, berpendapat senada. Menurut dia, vaksinasi terhadap tenaga pendidik akan percuma apabila siswanya belum divaksin. Sebab, jumlah siswa lebih banyak dibanding tenaga pendidik dan tidak cukup untuk memenuhi target herd immunity minimal 70 persen dari lingkungan sekolah. “Gurunya anggaplah relatif aman. Tapi bagaimana siswanya yang berangkat sekolah, dia naik angkutan umum, dan rentan terkena Covid-19?” ucap dia.
Satriwan juga ragu vaksinasi terhadap 5 juta tenaga pendidik bakal rampung pada Juni mendatang. Hal ini lantaran jumlah penyuntikan vaksinasi masih terbatas dan belum masif. Sampai kini, pemerintah baru merampungkan vaksinasi sekitar 1,09 juta tenaga kesehatan dari target 1,48 juta orang pada akhir Februari ini. Karena alasan itu, Satriwan ragu akan kemampuan pemerintah bisa menyelesaikan vaksinasi terhadap 5 juta tenaga pendidik dari Maret hingga Juni mendatang.
Satriwan mengatakan sekolah-sekolah di daerah sudah berharap banyak bahwa program vaksinasi akan berjalan mulus. Hal ini dibuktikan dengan mulai dibukanya sekolah-sekolah di daerah. Menurut Satriwan, saat ini sudah ada puluhan kabupaten dan kota di 15 provinsi yang mulai melakukan pembelajaran tatap muka. Sebagian besar terjadi di wilayah dengan jumlah kasus Covid-19 yang rendah, di antaranya di Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Papua.
Satriwan meminta pemerintah tidak tergesa-gesa membuka sekolah. Dia menyarankan agar pemerintah terlebih dulu memvaksin 5 juta tenaga pendidik dan puluhan juta siswa. Dia juga merekomendasikan agar sekolah tetap menerapkan adaptasi kebiasaan baru (AKB), seperti penerapan protokol kesehatan, penyediaan sarana dan prasarana kesehatan, serta mewajibkan penggunaan masker. “Pembelajaran tatap muka bukan berarti sekolah berjalan normal, tapi wajib menerapkan AKB,” tutur dia.
Sejumlah sekolah saat ini sudah mulai membuka pembelajaran tatap muka. Beberapa di antaranya di Sekolah Dasar 59 dan 69 Negeri Kota Bengkulu. Mereka membuka sekolah sejak pemerintah memberi angin segar vaksinasi tenaga pendidik pada pekan lalu. “Semua guru, staf, dan wali murid sangat antusias mengikuti tatap muka perdana ini,” ucap Kepala Sekolah Dasar Negeri 59 Kota Bengkulu, Ermansiah.
Ia menyebutkan di sekolahnya terdapat 150 dari total 310 siswa yang mulai mengikuti pembelajaran jarak jauh. Mereka semua telah mengikuti protokol kesehatan sesuai dengan arahan para guru. “Sebelumnya, sekolah-sekolah di Bengkulu juga dibimbing oleh pengawas pendidikan untuk memenuhi persyaratan menerapkan pembelajaran tatap muka,” kata dia.