JAKARTA — Sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Israel, dan Turki, memulai program vaksinasi Covid-19 dengan menyasar masyarakat lanjut usia (lansia). Negara-negara tersebut beralasan bahwa kelompok lansia di atas 60 tahun ini rentan mengalami gejala berat hingga kematian akibat terjangkit Covid-19.
Contohnya adalah Israel. Negara yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu itu mengklaim menuntaskan vaksinasi bagi warga lansia dan pekerja di seluruh panti jompo pada 7 Januari lalu. Israel dilaporkan sudah menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada 82 persen penduduknya. Bahkan Israel menargetkan 95 persen vaksinasi warganya untuk mengakhiri pandemi Covid-19.
Turki, seperti dilansir situs berita Anadolu Agency, memberikan vaksin Covid-19 bagi warganya yang berusia 75 tahun ke atas. Vaksinasi dimulai pada 14 Januari setelah vaksin Sinovac dari Cina mendapat persetujuan penggunaan darurat oleh otoritas pengawas obat Turki.
Warga lansia berusia di atas 80 dan 90 tahun yang tinggal di panti wreda atau rumah telah disuntik vaksin. Vaksinasi juga dilakukan untuk staf di apotek serta mahasiswa kedokteran dan farmasi. Sebanyak 1,5 juta warga Turki sejak kemarin telah divaksin, termasuk tenaga kesehatan.
Indonesia memasukkan 1,3 juta tenaga kesehatan sebagai sasaran pertama program vaksinasi. Adapun masyarakat lanjut usia masuk tahap kedua vaksinasi bersama dengan petugas pelayanan publik. Vaksinasi bagi kaum lansia dicanangkan pada April mendatang.
Tenaga kesehatan menunjukkan kartu vaksinasi Covid-19 di Rumah Sakit Jati Sampurna, Bekasi, Jawa Barat, 28 Januari 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunuzation, Sri Rezeki Hadinegoro, mengatakan bahwa kelompok lansia memang butuh perhatian lebih awal dalam program vaksinasi. Namun pemerintah memutuskan memasukkan masyarakat lansia sebagai prioritas di tahap kedua vaksinasi. Alasannya, Indonesia belum memiliki ketersediaan vaksin Covid-19 yang aman dan manjur untuk kaum lansia. Saat ini, Indonesia baru mempunyai 3 juta dosis vaksin produksi Sinovac Biotech dari Cina yang disiapkan untuk tenaga kesehatan.
Menurut Sri, pemerintah berhati-hati dalam memilih vaksin yang aman dan cocok untuk orang lansia. Sebab secara medis, kondisi tubuh masyarakat usia tua membutuhkan perhatian lebih ketimbang orang di usia produktif.
Intinya, vaksin harus aman dan tidak menimbulkan efek samping berbahaya untuk lansia. Selain itu, harus ada jaminan kemanjuran vaksin untuk meningkatkan kekebalan tubuh orang lansia dari infeksi Covid-19. "Reaksi tubuh lansia merespons sistem imun dari vaksin tak sekuat di usia muda," kata Sri.
Belum lagi masyarakat usia tua rentan memiliki penyakit penyerta. Bahkan ada lansia yang punya lebih dari satu penyakit penyerta. Bahayanya, penyakit bawaan tersebut kambuh saat warga lansia terjangkit Covid-19 atau setelah mendapat suntikan vaksin. "Jika setelah divaksin seorang penderita darah tinggi terkena stroke dan meninggal, bisa muncul asumsi vaksin tidak aman," kata Sri ketika dihubungi, kemarin.
Selain itu, kondisi Indonesia berbeda dengan Amerika Serikat dan Israel yang sudah melakukan vaksinasi bagi lansia. Di sana, mayoritas lansia tinggal di panti jompo yang terpantau kesehatannya. "Di Indonesia, masyarakat lansia itu susah dimonitor. Bahkan tingkat kesehatannya berbeda karena mereka lebih dinamis dibanding kita," kata Sri.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, sebelumnya mendesak pemerintah memakai vaksin Sinovac bagi lansia. Pandu yakin Sinovac aman lantaran Cina, Turki, dan Brasil sudah memakai vaksin tersebut untuk kelompok usia di atas 60 tahun.
Sri tak sependapat. Sebab, menurut dia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) membutuhkan data klinis tentang keamanan dan kemanjuran vaksin Sinovac untuk lansia dari tim uji klinis dalam negeri serta negara lain. "BPOM tak bisa asal pakai pernyataan lisan atau berita tertulis. Harus ada publikasi dan data ilmiah," kata Sri.
Walhasil, Sri meminta masyarakat bersabar menanti vaksin yang cocok untuk kaum lansia. Saat ini, pemerintah sedang mengupayakan pembelian vaksin lain dari Pfizer, Astra Zeneca, Moderna, hingga Novavax.
Kepala Kejaksaan Negeri Kota Malang, Andi Darmawangsa (kanan), menjalani screening sebelum disuntik vaksin Covid-19 produksi Sinovac, di aula Gedung Mini Block Office Kota Malang, Jawa Timur, 28 Januari 2021. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Sri pesimistis pengadaan vaksin tersebut bisa berjalan cepat. Sebab, saat ini negara lain juga antre memesan vaksin-vaksin tersebut. "Negara kaya yang bisa bayar duluan pasti mendapatkan vaksin lebih cepat, sementara kita tidak tahu bagaimana pembayaran yang akan dilakukan pemerintah," kata Sri.
Menanggapi hal itu, juru bicara pemerintah untuk vaksinasi, Siti Nadia Tarmizi, menegaskan bahwa pemerintah memprioritaskan aspek keamanan dalam vaksinasi kelompok lansia. Sebab, saat ini BPOM belum mengantongi data klinis keamanan dan kemanjuran Sinovac untuk lansia. "Selama belum ada rekomendasi dari BPOM, kami tidak akan gunakan untuk lansia," kata Nadia, ketika dihubungi, kemarin.
INDRA WIJAYA