JAKARTA – Pengoperasian empat stasiun terpadu di Jakarta telah diresmikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dua hari lalu. Stasiun terpadu ini menerapkan sistem integrasi sehingga memudahkan pengguna kereta rel listrik (KRL) untuk melanjutkan perjalanan menggunakan moda transportasi lain.
Direktur Utama PT Kereta Commuterline Indonesia (KCI), Wiwik Widayanti, optimistis jumlah penumpang KRL bakal meningkat dengan dioperasikannya stasiun terpadu tersebut. Sebab, pengguna KRL bisa nyaman berpindah ke angkutan kota, bus Transjakarta, bajaj, taksi, maupun ojek online. Dengan begitu, dia berharap, semakin banyak pengguna kendaraan pribadi yang beralih ke KRL.
Sebelum ada pandemi corona, kata Wiwik, rata-rata jumlah penumpang harian di Stasiun Tanah Abang lebih dari 40 ribu orang dari 337 perjalanan KRL. Adapun jumlah penumpang di Stasiun Sudirman mencapai 25 ribu orang, Pasar Senen 15 ribu orang, dan Stasiun Juanda 14 ribu orang. “Sekarang, Stasiun Tanah Abang dapat melayani hingga lebih dari 120 ribu pengguna per hari,” kata Wiwik dalam pesan tertulis, kemarin.
Berdasarkan pantauan Tempo, Stasiun Tanah Abang saat ini terlihat megah. Pada sisi utara stasiun, terdapat plaza besar yang dinaungi kanopi panjang. Kanopi ini melindungi penumpang yang baru turun dari KRL, untuk berjalan kaki ke arah Monumen Nasional. Di ujung kanopi, penumpang akan menemukan lay by (tempat parkir sementara) bajaj, ojek, dan taksi online. Area parkir itu terasa teduh karena ditumbuhi pepohonan.
Pemandangan ini berbeda dengan kondisi Stasiun Tanah Abang pada Februari lalu, sebelum direnovasi. Saat itu, stasiun yang berada di seberang Pasar Tanah Abang ini identik dengan kemacetan. Sebab, angkutan umum ngetem untuk menunggu penumpang di pintu keluar di sisi Timur yang berada di Jalan Jati Baru Raya. Sementara itu, sisi utara dipadati oleh sepeda motor milik pengojek. “Dulu, banyak pedagang di trotoar, angkot berhenti di jalan. Macet sekali,” kata Ratna Sari, 28 tahun, karyawan swasta. “Sekarang, menunggu angkutan umum atau online pun nyaman dan tenang.”
Co-CEO Gojek Group, Kevin Aluwi, menyambut positif penataan moda transportasi di empat stasiun besar DKI Jakarta tersebut. Menurut dia, perusahaannya telah mengembangkan sistem layanan yang bisa digunakan pengguna aplikasi Gojek, yaitu GoRide Instan. Fitur ini memungkinkan pengguna memesan langsung dengan memasukkan kode khusus milik pengemudi. “Bisa mengurangi waktu tunggu pengguna hingga 40 persen saat memesan layanan Gojek,” ujar Kevin.
Gubernur Anies Baswedan mengatakan Kementerian BUMN dan Pemprov DKI sepakat untuk melanjutkan penataan ini di lima stasiun lain. Pengembangan Transit Oriented Development (TOD) fase II ini akan berlangsung selama tiga bulan dan memakan biaya hingga Rp 40 miliar. Lima lokasi baru tersebut adalah Stasiun Manggarai, Stasiun Tebet, Stasiun Palmerah, Stasiun Gondangdia, dan Stasiun Kota.
“Nantinya, wilayah Jabodetabek penataan ruangnya akan terpadu. Jadi, penataan transportasi umumnya juga harus terpadu,” kata Anies.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, menilai selama ini stasiun kereta dianggap menjadi sumber kemacetan, terutama pada jam sibuk. Kemacetan ini terjadi karena angkutan umum menumpuk di pintu stasiun untuk menunggu penumpang yang baru turun dari kereta. Dengan integrasi antarmoda transportasi ini, kemacetan itu bisa diatasi. “Harapannya, permasalahan lalu lintas juga selesai,” ujar Syafrin.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta, Syarief, pun meminta Kementerian BUMN dan Pemprov DKI melanjutkan proyek integrasi di stasiun-stasiun yang padat dan sibuk. Salah stunya adalah Stasiun Cikini. “Di sana sangat padat. Integrasi di stasiun-stasiun padat sangat mendesak,” kata dia.
FRANSISCO | TAUFIQ SIDDIQ | IMAM HAMDI