Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan telah melakukan pelbagai upaya untuk mengantisipasi banjir pada musim hujan tahun ini. Namun sejumlah wilayah di DKI Jakarta masih berpotensi terendam banjir saat musim hujan tiba. Daerah rawan banjir itu tersebar di 86 wilayah rukun warga dari 25 kelurahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, Bambang Hidayah, menuturkan salah satu penyebab banjir di sejumlah wilayah tersebut adalah belum rampungnya program normalisasi sungai. "Sebagian memang karena faktor normalisasinya belum selesai,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bambang mencontohkan, ketika banjir menerjang sejumlah wilayah Jakarta pada 26 April lalu, sebagian besar titik banjir berada di sekitar aliran Sungai Ciliwung. "Dari 40 titik banjir (saat itu), 25 titik ada di pinggir Ciliwung,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Balai Besar, dari target normalisasi aliran Sungai Ciliwung sepanjang 33,69 kilometer, sejauh ini yang sudah dikeruk dan dilebarkan baru sekitar 16,19 kilometer.
Di samping karena normalisasi belum rampung, menurut Bambang, sejumlah wilayah di Jakarta belum terlepas dari ancaman banjir lantaran areanya berupa cekungan, misalnya kawasan Cipinang dan Melayu, Jakarta Timur.
Selasa malam lalu, hujan mengguyur wilayah Jakarta dan kota penyangga, seperti Bogor dan Tangerang. Kala itu, debit air Ciliwung di Bendungan Katulampa, Bogor, sempat mencapai status siaga III.
Akibat hujan itu, sejumlah wilayah di Jakarta sempat terendam banjir dengan ketinggian air sekitar 5-10 sentimeter. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyebutkan terdapat 15 titik banjir, antara lain di Kelurahan Cawang, Kebon Baru, Pejaten Timur, Pengadegan, dan Balekambang.
Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, M. Ridwan, mengatakan daerah yang masih berpotensi diterjang banjir tahun ini umumnya berada di pinggir kali. Daerah itu antara lain Kelurahan Bidara Cina dan Cawang, Jakarta Timur, serta Pejaten Timur, Jakarta Selatan, yang berdekatan dengan Kali Ciliwung.
Selain itu, sebagian wilayah Jakarta Utara masih rawan banjir karena rob, yakni pasang besar yang menyebabkan luapan air laut. Kawasan yang rawan banjir rob di antaranya Pluit dan Penjaringan, Jakarta Utara.
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Juaini Yusuf, memperkirakan, bila normalisasi Ciliwung sudah selesai, potensi banjir di area sekitar tepi sungai itu akan berkurang. Sebab, air sungai bisa segera menuju laut sehingga tidak terlimpas ke permukiman warga.
Lokasi lain yang rawan terendam banjir, menurut Juaini, adalah daerah yang terimbas sejumlah proyek infrastruktur, seperti pembangunan light rail transit (LRT). Sebab, saluran air di sekitar lokasi proyek sempat terputus karena terkena tiang pancang yang menopang rel kereta ringan itu. "Kami antisipasi dengan pembuatan saluran baru,” ujarnya.
Selain itu, Dinas mengeruk dan melebarkan sejumlah waduk. Tujuannya agar waduk tersebut bisa menampung air hujan secara optimal sehingga bisa mengurangi ancaman banjir. "Waduk sekitar sungai (setelah dikeruk) bisa mengurangi debit air banjir,” tutur Juaini.
Dinas Sumber Daya Air, kata Juaini, juga terus membersihkan saluran air mikro yang terletak di jalan lingkungan perumahan warga. Pembersihan saluran air tersebut bertujuan agar air hujan yang menggenang di jalan-jalan permukiman bisa segera surut. "Enggak sampai satu jam-lah air surut,” dia berharap. GANGSAR PARIKESIT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo