Mengenang Rahman Arge dalam Senyap
"Pejuang kultural bagaikan pelari maraton, bernapas panjang, konsisten, dan tahu tujuan. Mungkin saja, pelari seperti itu akan merasa sepi dari tepuk tangan dan sepi dari puja-puji. Pun sepi dari medali. Hal yang pasti adalah pelari seperti ini tahu dengan tuntas 'makna senyap' di tengah hiruk-pikuk kerumunan manusia."
Esai Rahman Arge, budayawan Sulawesi Selatan, menjadi pembuka dalam acara mengenang 40 hari kematiannya pada Jumat malam lalu. Acar
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini