MAKASSAR — Anggota Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kota Makassar, Dede Arwinsyah, meminta pasangan calon Wali Kota Makassar yang menjadi korban kampanye hitam segera melapor ke Panitia Pengawas.
"Sampai sekarang belum ada laporan ke kami. Saya berharap Pak Supomo Guntur-Kadir Halid melaporkan hal ini ke kami," kata anggota Bidang Divisi Tindak Lanjut Panitia Pengawas itu kemarin.
Selebaran yang menyudutkan pasangan Wali Kota Makassar Supomo Guntur-Kadir Halid beredar di sejumlah warung kopi di Makassar sejak Senin lalu. Selebaran itu bertajuk "Rezim Keluarga Koruptor Nurdin Halid" dengan gambar karikatur Supomo, Kadir, dan Nurdin. Nurdin adalah kakak Kadir. Di dalamnya juga tertulis kondisi Supomo yang sakit-sakitan.
Menurut Dedi, kampanye hitam itu jelas-jelas merugikan setiap calon yang akan tampil dalam pemilihan itu. Namun Panitia Pengawas tidak dapat bergerak kalau tidak ada yang melapor. "Ini sudah memenuhi unsur pidana dan dapat dijerat pasal pencemaran nama baik," kata dia.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pelaku yang melakukan kampanye hitam dapat dikenai sanksi pidana. Selain itu, pelaku dapat dikenai sanksi administrasi. Jika memenuhi syarat, pelaku yang berbuat kampanye hitam itu dapat didiskualifikasi dalam perhelatan pesta demokrasi yang akan digelar pada 18 September mendatang.
"Kalau pelakunya tim pemenangan, sanksinya berat. Bisa didiskualifikasi dalam daftar calon yang akan mengikuti pemilihan wali kota," kata Dedi.
Supomo, calon Wali Kota Makassar yang diusung Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, meminta pasangan kandidat lainnya tidak melakukan kampanye hitam.
"Banyak yang melakukan kampanye hitam terhadap saya. Itu merusak sistem demokrasi yang sedang dibangun oleh masyarakat," kata Supomo setelah blusukan ke rumah warga di Kecamatan Ujung Pandang kemarin.
Supomo, yang saat ini menjabat Wakil Wali Kota Makassar, mengaku ada upaya dari beberapa kandidat lain untuk menjelekkan citranya di masyarakat. Di antaranya selebaran bertulisan "Supomo Calon Wali Kota Sakit-sakitan". "Padahal semua itu bohong, fitnah, tapi saya sabar saja menghadapi itu," kata dia.
Supomo enggan menyebut kan kandidat lain yang melakukan kampanye hitam terhadap dirinya. Menurut Ketua Partai Golkar Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II Makassar itu, masyarakat bisa menilai siapa kandidat yang sering melakukan kampanye negatif.
Supomo mengajak kandidat lain untuk bersaing secara sehat dalam pemilihan Wali Kota Makassar pada 18 September nanti. "Mari semuanya bersaing secara sehat. Itu akan mendorong kualitas demokrasi yang lebih baik," ujar dia.
Juru bicara pasangan Supomo-Kadir, Dedi Alamsyah Mannorai, menegaskan, saat ini tim masih mengumpulkan bukti terkait dengan selebaran kampanye hitam itu. Selebaran tersebut didapati di beberapa kecamatan, seperti di Rappocini dan Mamajang
"Dalam waktu dekat kami akan melaporkan hal ini kepada polisi dan Panwas. Laporan itu akan dilakukan tim kuasa hukum kami," kata dia.
Sementara itu, calon Wakil Wali Kota Makassar yang diusung Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Amanat Nasional, Busranuddin Abdullah, atau kerap disapa Busrah, menyatakan pasangan Irman Yasin Limpo-Busrah Abdullah siap bersaing secara sehat dengan kandidat lain. "Justru pasangan Irman-Busrah tidak pernah melakukan kampanye hitam terhadap pasangan lain," kata dia.
Hal senada dikemukakan bakal calon wali kota yang diusung Partai Demokrasi Kebangsaan dan Partai Gerakan Indonesia Raya, Adil Patu. "Dari awal, sosialisasi yang kami lakukan tidak pernah kampanye hitam ke pasangan lain," kata Adil. ARDIANSYAH RAZAK BAKRI | INDRA O.Y.