LONDON - Kelompok darurat kesehatan nirlaba membentuk jaringan laboratorium global untuk menilai data kandidat vaksin Covid-19. Para peneliti dan pembuat obat dapat membandingkannya dan mempercepat pemilihan vaksin potensial yang paling efektif guna menekan penyebaran virus corona.
Dilansir dari Reuters, akhir pekan lalu, Direktur Riset dan Pengembangan Vaksin untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), Melanie Saville, menjelaskan bahwa idenya adalah membandingkan vaksin potensial secara proporsional atau “compare apples with apples". Saat ini sejumlah kelompok penelitian di beberapa negara sedang "berlomba" mengembangkan vaksin guna membantu menekan dan mengendalikan pandemi Covid-19.
"Saat Anda mulai mengembangkan kandidat vaksin baru, terutama untuk penyakit baru, setiap kalangan mengembangkan tes mereka sendiri. Mereka menggunakan protokol dan reagen yang berbeda-beda. Jadi, sangat sulit untuk membandingkannya," ujar Saville, akhir pekan lalu. "Dengan pendekatan laboratorium terpusat, akan ada kesempatan untuk benar-benar memastikan bahwa kita membandingkannya secara proporsional."
Jaringan CEPI awalnya akan melibatkan enam laboratorium, yaitu di Kanada, Inggris, Italia, Belanda, Bangladesh, dan India. Ratusan vaksin potensial sedang dalam tahap pengembangan. Jenis yang dikembangkan di Rusia dan Cina bahkan sudah digunakan sebelum uji klinis selesai dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca ada kemungkinan telah memiliki hasil uji klinis tahap akhir sebelum akhir tahun ini.
Biasanya, imunogenisitas vaksin potensial dinilai dalam analisis laboratorium individu. Tujuannya, melihat respons imun, seperti antibodi dan sel T, dari para relawan uji klinis atau kandidat vaksin. Namun, dengan lebih dari 320 kandidat vaksin, kata Saville, banyak perbedaan dalam pengumpulan data dan metode evaluasi sehingga bisa menjadi masalah. “Dengan ratusan vaksin, hal yang penting bagi kami adalah memiliki sistem untuk dapat mengevaluasi dan membandingkan respons imun dari kandidat yang menjalani uji klinis,” katanya.
Dengan memusatkan analisis dalam jaringan lab, hal yang disebut "variabilitas antar-laboratorium" dapat dihilangkan. CEPI menilai semua pengembang vaksin potensial dapat menggunakan jaringan laboratorium terpusat secara gratis untuk menilai kandidat mereka berdasarkan protokol umum. CEPI berharap dapat memperluas kapasitas data uji klinis tahap III atau tahap akhir dalam beberapa bulan mendatang. CEPI sendiri ikut mendanai sembilan vaksin potensial Covid-19 yang sedang dikembangkan, termasuk kandidat dari Moderna, AstraZeneca, Novavax, dan CureVac.
Dalam kesempatan terpisah, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta dukungan negara-negara di dunia untuk memproduksi vaksin Covid-19 secara global. “Bekerja sama menanggulangi pandemi merupakan bagian dari kepentingan nasional dan ekonomi setiap negara agar kapasitas tes dan perawatan dapat diperluas. Selain itu, agar vaksin dapat menjadi barang milik bersama,” kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, dalam pertemuan secara virtual di sela Sidang Umum ke-75 Majelis Umum PBB.
Guterres menyampaikan sambutannya dalam pertemuan perihal ACT-Accelerator. ACT-Accelerator dan fasilitas vaksin global Covax merupakan akses berbagi sarana dan prasarana percepatan penanggulangan Covid-19 yang diluncurkan pada April 2020. Inisiatif ini dilakukan untuk memberikan dua miliar dosis vaksin pada akhir 2021, sebanyak 245 juta perawatan, dan 500 juta tes.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dukungan dana untuk ACT-Accelerator dapat mempercepat penanggulangan pandemi dan pemulihan ekonomi global. Direktur GAVI Seth Berkley mengatakan, sejauh ini, 168 negara telah bergabung dengan fasilitas vaksin global Covax. “Saya mendorong mereka yang ragu-ragu untuk segera bergabung dengan kami,” kata Berkley. GAVI atau Aliansi Vaksin adalah kemitraan kesehatan global publik-swasta dengan tujuan meningkatkan akses ke imunisasi di negara-negara miskin.
REUTERS | AL JAZEERA | CNBC | SUKMA LOPPIES