SYDNEY - Kebakaran semak di Australia kembali menelan korban. Kemarin, seorang relawan pemadam kebakaran Australia tewas dan dua lainnya menderita luka bakar setelah truk mereka terguling ketika ditabrak angin ekstrem di tengah kebakaran yang hebat.
Para korban, menurut badan pemadam kebakaran Australia, sedang memadamkan api sekitar 70 kilometer sebelah timur Albury di New South Wales. Kematian ini menambah jumlah korban tewas akibat kebakaran di Australia menjadi 11 orang selama beberapa pekan terakhir.
Ribuan orang pun kemarin diminta pergi dari wilayah tenggara Australia, ketika gelombang panas baru memaksa petugas pemadam kebakaran di seluruh negeri bersiap untuk bekerja keras sebelum berpotensi menjadi bencana kebakaran hutan.
Ratusan titik kebakaran terjadi di seluruh Australia setelah musim kebakaran semak dimulai lebih awal dari biasanya di belahan bumi selatan dan menimbulkan kekacauan. Namun pihak berwenang mengatakan kebakaran kali ini mencatatkan rekor sebagai yang terburuk. Kebakaran mematikan sebagian besar disebabkan oleh suhu panas yang memecahkan rekor dan kondisi kering.
Kebakaran hutan musim ini telah menghancurkan lebih dari 1.000 rumah dan menghanguskan lebih dari tiga juta hektare tanah-wilayah yang lebih besar dari Belgia. Kebakaran juga menyelimuti Sydney dan kota-kota besar lainnya dalam kabut asap beracun, memaksa anak-anak bermain di dalam ruangan, dan menyebabkan acara olahraga profesional dibatalkan.
Suhu panas bergerak menuju New South Wales (NSW) dengan cepat, dan diperkirakan akan meningkat pada malam tahun baru 2020 ketika ratusan ribu orang berkumpul di sekitar kota pelabuhan Sydney untuk menyaksikan perayaan kembang apinya yang terkenal.
Hampir 900 rumah hancur dan 3,48 juta hektare lahan terbakar di NSW selama musim kebakaran hutan ini, sementara Sydney telah diselimuti asap selama berminggu-minggu.
Selain di NSW, 11 peringatan darurat kebakaran kemarin diberlakukan di Negara Bagian Victoria, di mana kondisinya diperkirakan akan menjadi sangat ekstrem dalam semalam.
Dengan suhu mencapai lebih dari 40 derajat Celsius di Melbourne, pihak berwenang pada Ahad lalu mendesak sekitar 30 ribu wisatawan dan warga untuk meninggalkan tempat wisata East Gippsland, area yang luasnya setara dengan setengah Belgia.
"Bahaya kebakaran ekstrem, angin kencang yang diperkirakan, dan suhu yang sangat panas semuanya datang seperti yang kita duga," kata Andrew Tupper dari Biro Meteorologi Victoria dalam jumpa pers kemarin.
Beberapa peringatan darurat telah diberlakukan di seluruh Victoria, yang berarti orang-orang di daerah-daerah itu berada dalam "bahaya yang akan segera terjadi", demikian menurut Victoria Emergency.
Victoria Emergency telah mengeluarkan beberapa peringatan di Twitter yang memberi tahu orang-orang di beberapa desa di bagian terpencil negara bagian bahwa "sudah terlambat untuk pergi" dan menyarankan agar mereka tetap di dalam rumah.
Wilayah Australia Selatan juga mengalami bencana kebakaran di beberapa daerah karena suhu mencapai di atas 40 derajat Celsius dan badai membawa angin yang merusak. Brenton Eden dari Country Fire Service mengatakan itu akan menjadi hari yang "sangat berbahaya" bagi warga di negara bagian tersebut, dengan kilat memicu sejumlah kobaran api.
Kebakaran hebat di Benua Kanguru menyebabkan perhatian publik dicurahkan pada perubahan iklim, yang menurut para ilmuwan menciptakan musim kebakaran yang lebih panjang dan lebih intens. Negara ini juga bergulat dengan kekeringan yang berkepanjangan dan menghancurkan.
Meski perdana menteri konservatif Scott Morrison akhirnya mengakui hubungan antara kebakaran dan perubahan iklim, ia terus melanjutkan dukungannya terhadap industri pertambangan batu bara Australia yang menguntungkan. Ia juga tetap mengesampingkan tindakan lebih lanjut untuk mengurangi emisi. CNN | AL JAZEERA | REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI
Kebakaran di Australia Kembali Menelan Korban