maaf email atau password anda salah


Panglima Kostrad Letnan Jenderal TNI Maruli Simanjuntak

Kehadiran TNI Harus Bermanfaat untuk Rakyat

Doktrin pertahanan rakyat semesta mengharuskan TNI dapat menjadi problem solver di masyarakat. 

arsip tempo : 171423422511.

Doktrin pertahanan rakyat semesta mengharuskan TNI dapat menjadi problem solver di masyarakat. . tempo : 171423422511.

Dididik untuk pengabdian dan didoktrin membantu masyarakat.

Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) memiliki dua operasi yang menjadi tugas utama, yaitu operasi militer perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP). Pasukan Kostrad dalam OMP berfungsi untuk menyelenggarakan operasi darat berupa operasi serangan, operasi gabungan pertahanan udara dan pertahanan pantai, serta operasi bantuan untuk pertahanan dan intelijen.

Adapun, dalam OMSP, tugas Kostrad adalah pengamanan wilayah perbatasan, melakukan pengamanan objek vital, menghadapi kelompok separatis dan teroris, hingga operasi penanggulangan bencana. Salah satu tugas OMSP yang dijalankan Kostrad yakni menghadirkan air bersih di wilayah Indonesia yang kesulitan air lewat program Manunggal Air.

Program ini pertama kali dicetuskan oleh Panglima Kostrad Letnan Jenderal TNI Maruli Simanjuntak sewaktu bertugas sebagai Pangdam Udayana. Menurut Maruli, salah satu penyebab kemiskinan dan stunting di Indonesia, salah satunya dipicu kurangnya air bersih. “Jika masalah air bersih bisa teratasi, akan berdampak positif untuk masyarakat,” ujar lulusan Akademi Militer 1992. 

Sewaktu menjabat Pangdam Udayana, Maruli membantu membangun saluran air bersih dengan pompa hidrolik di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pompa pertama yang dibangun saat itu menggunakan saluran pipa HDPE, masing-masing sepanjang 500 meter ke asrama prajurit dan ke permukiman warga. Masyarakat yang selama ini kesulitan mendapatkan air menyambut gembira program Maruli. 

Kini program Manunggal Air dijadikan program TNI AD. Jajaran Angkatan Darat sudah membangun 1.500 lebih titik air bersih di seluruh Indonesia. 

Maruli mengatakan program Manunggal Air mendapat sambutan positif dari masyarakat. Para babinsa yang menjadi garda terdepan TNI AD mendapatkan bantuan dari masyarakat dalam merealisasikan penyaluran air. Dia mengaku mendapat dukungan dan bantuan dari banyak pihak dalam mensukseskan program Manunggul Air. Berikut wawancara dengan Panglima Kostrad kelahiran Bandung, 27 Februari 1970, di Markas Kostrad, Senin, 7 Agustus 2023. 

Bagaimana Anda melihat penggunaan teknologi canggih di era militer modern saat ini? 

Saya melihat dari ancaman pertahanan seperti apa dan alat apa yang diperlukan. Seperti di perbatasan, masyarakat Indonesia dengan negara tetangga sudah seperti saudara. Tidak mungkin dibangun tembok seperti benteng agar tak bisa dilewati. Dan berapa ratus ribu pasukan yang harus ditempatkan.  

Menurut saya yang harus diperkuat adalah human intelligence. Tidak perlu dengan peralatan mahal. Ancaman dan kultur Indonesia berbeda dengan negara lain. 

Bagaimana membangun konsep pertahanan di Indonesia? 

Dasarnya satu, perlawanan rakyat semesta dan Kementerian Pertahanan masih mempertahankan doktrin itu. Pertanyaannya adalah apakah peralatan canggih diperlukan jika ada ancaman dari luar yang masuk?, atau militer Indonesia malah memerlukan alat-alat portable yang bisa dibawa untuk melawan pesawat udara. Yang terpenting adalah membangun kegiatan bersama masyarakat dalam sistem pertahanan. 

Maksudnya Anda, yang utama dalam pembangunan pertahanan adalah membangun komunikasi sosial teritorial? 

Banyak orang luar negeri mengagumi konsep manunggal TNI dan rakyat. Anggota TNI ada di setiap wilayah dan tempat. Indonesia dapat membentuk perlawanan di manapun berkat kemanunggalan TNI dan rakyat. Konsep itu saja yang dimaksimalkan. 

Peran bintara Pembina desa (babinsa) sangat efektif dalam sistem pertahanan? 

Sangat efektif. Masyarakat merasa, apa saja yang mereka sampaikan kepada babinsa akan sampai kepada pimpinan di atas. Di lapangan, tentara dapat mengkoordinir kementerian di Indonesia. Karena kementerian memiliki keterbatasan dalam menjangkau masyarakat di bawah. Mereka tidak punya orang-orang sampai di desa. Sedangkan kami, TNI, dididik untuk mengabdi dan didoktrin membantu masyarakat. 

Bagaimana konsep manunggal air TNI AD? 

Kasad Jenderal Dudung Abdurrahman menekankan, TNI AD harus menjadi solusi di masyarakat. Itu sebagai bentuk negara hadir untuk rakyat. Masalah di masyarakat saat ini adalah kemiskinan, stunting, sanitasi dan lainnya. TNI bisa hadir membantu masyarakat. Tapi kami tidak memiliki dana yang cukup.

Masyarakat Indonesia mengenal kultur sedekah, amal dan lainnya. Kami coba melakukan pendekatan tersebut dengan memanfatkan bantuan atau CRS perusahaan untuk membantu masyarakat. 

Saya berkecimpung di teritorial pada saat menjadi komandan korem. Selama 21 tahun di Kopassus, saya melihat masyarakat pada saat latihan saja. Pada saat menjadi danrem, tugas saya bersentuhan langsung dengan masyarakat. Saya melihat kesulitan yang dialami rakyat seperti kekurangan air, sanitasi dan lainnya. 

Sebenernya, sayang kalau tentara tidak dipakai untuk mengatasi problem masyarakat. Dengan konsep pertahanan, TNI dapat membuat dan menyiapkan pangkal perlawanan di seluruh daerah. Pada saat menyiapkan pertahanan, TNI dapat menjadi sumber informasi persoalan-persoalan di masyarakat. Tinggal bagaimana pemerintah berkoordinasi dengan TNI. 

Program Manunggal Air saya lakukan pertama saya lakukan di Nusa Tenggara Timur dengan bantuan Kementerian PUPR. Saat itu saya mendapat dukungan untuk membangun 70 titik air bersih. 

Bagaimana Anda menggagas Manunggal Air? 

Program ini tercetus ketika saya sedang jalan-jalan dengan sepeda motor trail di NTT. Saya melihat banyak petani yang tidak pergi ke ladang. Alasan mereka karena tidak ada air. Menurut saya, problem ini harus segera diatasi, karena bisa menjadi bom waktu di masyarakat. 

Saya cari teman untuk membantu melalui CSR. Kemudian anggota membuat pompa hidrolik untuk mengatasi masalah air di NTT dan berhasil. Sejak itu, banyak permintaan masyarakat untuk dibuatkan pompa air hidrolik. Kami latih babinsa-babinsa untuk membangun dan mengoperasikan pompa. Kemudian para babinsa membagikan pengetahuannya kepada masyarakat. 

Dari NTT, kemudian menyebar ke daerah lain. Ada satu daerah, Una-una di Sulawesi yang kami buatkan pompa air dengan pipa membentang sejauh enam kilometer melewati laut. Pipa air itu untuk kebutuhan masyarakat di kampung. Warga di sana sampai membuat testimoni, bahwa negara hadir berkart TNI. 

Kemudian saya melaporkan kepada Kasad tentang program ini dan beliau setuju menjadi program TNI AD Manunggal Air. Selama saya di Kodam dan Kostrad, sudah membuat 725 pompa hidrolik. 

Anda juga melakukan penghijaun di seluruh markas-markas pasukan Kostrad? 

Program penghijauan dilakukan di daerah yang ada lahan. Saat ini sedang dilakukan urban farming di beberapa tempat. Seperti di bawah jembatan, kolong jalan tol dan lahan yang tak terbengkalai. Di Jakarta, pertanian perkotaan di Karet Kuningan dan Kalideres. Anggota bersama masyarakat dan ibu-ibu PKK bercocok tanam sayuran untuk kebutuhan rumah tangga. 

Jadi tentara itu harus bisa segala macam, dari konsep emergency pertahanan, konsep untuk kesejahteraan dan bagaimana menjaga alam. Masalahnya, kegiatan kami terbentur dana. 

Apa rencana Anda yang lain dalam konsep OMSP? 

Banyak. Yang utama adalah masalah air bersih karena masih banyak rakyat Indonesia sekitar 26-27 juta orang belum mendapatkan akses air bersih. Selama dua tahun ini, kami sudah membuat 1000 pompa hidrolik kepada sekitar 300 ribu penduduk. Itu pun air belum masuk ke rumah. Mereka mengambil dari bak-bak penampungan yang kami buat. Masalah air bersih ini belum akan selesai ditangani dalam 10 tahun kedepan. 

Mengapa masyarakat lebih mempercayai TNI? 

Doktrin kami awalnya untuk mempertahankan bangsa dan negara dengan konsep pertahanan rakyat semesta. Dari konsep ini muncul ide bagaimana TNI kita bisa mengelola masyarakat. 

Kehadiran anggota babinsa TNI menunjukkan kepada masyarakat, bahwa negara hadir. Babinsa menjadi solusi dari setiap persoalan rakyat dan menanamkan jiwa nasionalisme. Babinsa harus hadir untuk mengatasi masalah masyarakat di lapangan dengan cara apapun. 

Naluri kami sebagai tentara adalah naluri tempur. Tapi begitu muncul di masyarakat adalah gambaran heroik sebagai problem solver masyarakat. Dan itu kebanggan kami dapat memecahkan masalah dan menghadirkan solusi kepada rakyat. 

Konten Eksklusif Lainnya

  • 27 April 2024

  • 26 April 2024

  • 25 April 2024

  • 24 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan