Gaya KSAD Menjadi Pemimpin Teladan
Jenderal TNI Dudung Abdurachman meluncurkan buku tentang pengalaman dan kaidah menjadi pemimpin yang menerapkan Green HRM.
“Hanya sedikit tentara yang menulis buku”. Kalimat tersebut meluncur dari mulut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir yang mengapresiasi peluncuran buku “Gaya Kepemimpinan Strategis dan Green Human Resource Management dalam Membangun Teamwork” di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan, DI Yogyakarta, Selasa, 22 Mei 2023.
Buku yang ditulis oleh Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman, sejatinya merupakan hasil aktualisasi pengetahuan sekaligus disertasi saat menempuh pendidikan doktoral pada program Doktor Ilmu Ekonomi Konsentrasi Strategic Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti tahun 2022.
“Munculnya gagasan untuk menyusun disertasi dengan tema kepemimpinan strategis ini tidak bisa dilepaskan dari kiprah dan pengalaman saya di dunia militer. Atas pengalaman tersebut, saya menyadari betapa pentingnya gaya kepemimpinan dan manajemen sumber daya manusia untuk mendukung tujuan organisasi,” ujar Jenderal TNI Dudung Abdurachman.
Sebagai pengagum Nabi Muhammad SAW dan Jenderal Sudirman, ia pun berupaya menerapkan nilai-nilai keterbukaan, kejujuran, kebersamaan disiplin dan kehormatan. Alhasil, kepemimpinan Jenderal TNI Dudung Abdurachman tak jauh dari implementasi sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah.
Kedekatannya dengan anak buah dan masayarakat tergambar dalam sejumlah peristiwa. Satu yang viral yakni menjadi imam salat bagi mahasiswa ketika peristiwa demo Omnibus Law, 2020 silam. Menurut Jenderal TNI Dudung Abdurachman, praktik kepemimpinan itu bersumber dari filosofi dasar yang dianutnya, yakni menjadi pemimpin adalah kewajiban dan amanat, bukan hak. Sehingga, seorang pemimpin mampu menjadikan anggotanya sebagai teamwork.
“Memimpin adalah kewajiban, amanat, bukan hak. Perpaduan kedua ajaran tersebut melahirkan gaya kepemimpinan ‘Green Human Resourse Management’, yaitu kepemimpinan yang mengayomi, memberikan keteduhan dan kesejukan dengan mengutamakan kedekatan dengan anggota,” kata dia.
Jenderal TNI Dudung Abdurachman menerjemahkan Green HRM untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, nyaman dan aman, serta lingkungan yang mampu menciptakan energi bagi rekan dan anggota dalam mencapai tujuan organisasi.
Membangun Green HRM, ia melanjutkan, berarti patut membangun kapasitas diri sebagai pemimpin dengan mengembangkan enam hal. Pertama, harus berani mengambil keputusan. Kedua, menjadi pemimpin yang diiodlakan karena terbukti piawai dan memberi banyak contoh baik. Ketiga, menjadi pemimpin yang dikagumi dan selalu dinantikan anggotanya.
Keempat, memimpin dengan hati, lembut kepada anggota, rasa cinta dan kasih sayang. Untuk kepentingan bangsa dan negara tidak perlu dipikir tetapi langsung dilakukan. Kelima, menjadi penyejuk dalam setiap situasi. Pemimpin yang mengakar karena dia sadar darimana dia berasal. Terakhir, pemimpin yang diharapkan yaitu berhasil menggerakan roda organisasi melalui keputusan yang diambil. Hal ini tidak terlepas dari sikap anggota atau bawahan terhadap keputusan tersebut,” ucap Jenderal TNI Dudung Abdurachman.
Selain enam hal tersebut, seorang pemimpin harus memiliki sejumlah ciri utama, yakni memiliki daya pikir untuk memprediksi tantangan dan upaya untuk menghadapi. Kemudian memiliki gagasan baru dalam mencapai tujuan organisasi. Visi misi yaitu memiliki tujuan dan cara untuk mencapainya, serta memiliki harapan untuk terus bekerja untuk mencapai cita-cita. “Apabila tidak mempunyai itu semua, maka hanya menjadi pemimpin yang biasa-biasa saja,” ucapnya.
Seluruh penjabaran Jenderal TNI Dudung Abdurachman ini, menjadi intisari dari buku yang ditulisnya. Buku ini pula yang kemudian dibedah dengan menghadirkan Dosen Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan, Immawan Wahyudi, serta Sekretaris Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis PP Muhammadiyah, Dani Setiawan.
Menurut Dani Setiawan, buku tersebut menjabarkan kiprah Jenderal TNI Dudung Abdurachman sebagai pucuk pimpinan tertinggi di TNI AD yang mengikuti perubahan di dunia secara global maupun nasional. Perubahan itu melahirkan tantangan di sektor ekonomi hingga geopolitik.
“Teori yang dituliskan beliau yang paling penting buat pemimpin, selain bisa merumuskan visi dan misi, lalu mampu mengkomunikasikan itu kepada level yang lebih bawah sehingga orang percaya, tidak sekadar ikut kepada atasan tetapi menyadari bahwa yang sedang diperjuangkan akan membawa kemaslahatan,” ujarnya.
Dani Setiawan, Immawan Wahyudi, serta Haedar Nashir sepakat memiliki harapan agar buah pikiran Jenderal TNI Dudung Abdurachman dalam buku yang baru diluncurkan dapat menjadi bekal untuk para pemimpin lainnya.
“Buku ini sangat relevan untuk Indonesia hari ini dan ke depan, khususnya tentang kepemimpinan strategis di Indonesia. Saya pikir buku ini inspiratif sekali buat anak muda, buat elit politik, dan buat Indonesia,” kata Haedar Nashir.