Merakarno Rahusna Penemu Mesin Pemilah Sampah Otomatis Gibrik
Merakarno Rahusna memiliki impian agar sampah di Indonesia dapat selesai dengan mengaktifkan TPS3R.#InfoTempo
Sampah plastik dan sampah rumah tangga merupakan salah satu penyumbang sampah yang cukup banyak, sehingga perlu adanya pengelolaan sampah dengan mesin pengolah sampah plastik ataupun mesin pengolahan sampah rumah tangga. Berawal dari riset dengan partnernya Albert Tan, Lulusan ITB Teknik Elektro bernama Merakarno Rahusna Taruno menciptakan inovasi mesin pemilah sampah secara otomatis yang disebut Gibrik.
Prinsip kerja gibrik adalah memisahkan segala jenis sampah fresh masuk untuk menjadi dua output secara otomatis yaitu bubur organik dan sampah plastik di kedua sisi mesin. Gibrik ini dapat membantu mempercepat pemilahan dan efektivitas hasilnya jauh lebih baik dibandingkan dengan pemilahan manual di TPS3R.
Gibrik juga mampu memilah sampah dengan kapasitas 3 ton/jam dengan output yang cukup fantastis yaitu 98 persen murni organik sehingga bisa langsung menjadi pakan maggot atau pupuk organik atau bisa pula untuk bahan bakar BBJP. Untuk mengurangi dampak sampah plastik, gibrik membuat sampah plastik yang terpilah menjadi kering dan cukup bersih sehingga dapat diproses untuk menjadi bahan bakar RDF atau bahkan menjadi material bangunan. Saat ini, Gibrik menjadi mesin pengolah sampah di Indonesia yang telah tersebar dan digunakan lebih dari 50 unit di TPS3R pada beberapa kabupaten di seluruh Indonesia.
Merakarno Rahusna yang saat ini menjadi direktur Waste to Wealth, perusahaan rintisan pengolahan sampah dari sumber hingga zero to landfill, memiliki impian agar sampah di Indonesia terutama di kabupaten/kota dapat selesai dekat dengan sumber, dengan mengaktifkan TPS3R dan dioptimalisasi dengan teknologi sehingga nantinya kabupaten tersebut bisa meminimalisir sampah yang masuk ke TPA.
Selain itu, dapat meningkatkan sirkulasi ekonomi untuk warga sekitar yang ikut mengelola di TPS3R tersebut sehingga memiliki penghasilan tambahan dan kegiatan dari pengelolaan sampah.
“Harapan kedepannya, sistem dari Waste to Wealth ini dapat membantu semakin banyak daerah di seluruh Indonesia yang memiliki permasalahan sampah, dengan cara mengolah sampah dari hulu ke hilir,” kata Merakarno Rahusna.
Anggaran yang perlu disiapkan pemerintah daerah sekitar Rp 400-500jt untuk satu TPS3R yang mampu mengolah hingga 30 ton sampah perhari untuk dua shift kerja, baik sampah organik maupun sampah anorganik. Inspirasi pengolahan sampah ini adalah dari Kabupaten Banyumas yang telah berhasil menyelesaikan sampah di kabupatennya tanpa TPA dengan mengaktifkan seluruh TPS3R dan dioptimalisasi dengan teknologi.