maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Google

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin


Tempo Circular Economy Award

Jurus Octopus Mendukung Ekonomi Sirkular

Bukan hanya membantu mengatasi masalah sampah, namun Octopus juga menawarkan peluang kerja bagi masyarakat dengan bergabung menjadi pelestari (kolektor sampah). #Infotempo

arsip tempo : 171163169812.

Ilustrasi bersih-bersih sampah.. tempo : 171163169812.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki masalah khusus dalam pengelolaan sampah.  Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2020, Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton yang 37,3 persen di antaranya berasal dari rumah tangga. 

Salah satu tindakan yang paling penting untuk mengatasi permasalahan ini selain edukasi tentang membuang sampah pada tempatnya adalah melakukan edukasi terkait pengolahan sampah yang baik. Pengelolaan sampah perlu dilakukan untuk mengubah sampah menjadi materi yang memiliki nilai ekonomis atau diolah agar tidak membahayakan lingkungan. Adapun pengelolaan sampah sederhana yaitu dengan mempraktikan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) karena prinsip ini dapat dilakukan siapa pun dan kapan pun.

Hal paling realistis agar  permasalahan terkait sampah ini bisa diselesaikan dengan optimal adalah melalui kolaborasi berbagai pihak dan sektor. Inii pula yang mendasari  Mohammad Ichsan, Hamish Daud, Niko Adi Nugroho, Rizki Mardian, dan Dimas Ario membangun  Octopus di Makassar, Sulawesi Selatan pada awal 2020 lalu. Octopus  merupakan sebuah platform ekonomi sirkular yang  dibuat untuk membantu mengatasi masalah sampah , yang memungkinkan pengguna/konsumen mengirimkan kemasan bekas pakai untuk didaur ulang menjadi produk yang bernilai jual.

Mendukung ekonomi sirkular, Octopus adalah aplikasi yang dibuat untuk mendukung terciptanya ekonomi sirkular atas kemasan.  Melalui aplikasi ini, produsen terbantu dalam melacak kemasan bekas konsumsi dari produknya, baik itu yang bisa didaur ulang maupun yang tidak bisa didaur ulang.

Pengguna aplikasi ini dapat mengirimkan kemasan bekas pakai untuk kemudian didaur ulang menjadi produk yang memiliki nilai jual. Pihak Octopus pun menyediakan layanan penjemputan untuk kemasan pasca konsumsi lewat aplikasi. Yang menarik, Para pengguna aplikasi juga tidak hanya turut berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan, namun juga akan mendapatkan keuntungan dari setiap sampah yang dikumpulkan. Nantinya keuntungan tersebut bisa didapatkan dalam bentuk poin yang dapat ditukarkan di mitra-mitra yang bekerja sama dengan Octopus, seperti pulsa, token listrik, diskon, hingga voucher makan di restoran.

Octopus dapat menjadi one stop circular economy platform yang mampu mendorong masyarakat membuang sampah atau barang bekas pakai dengan tepat. Untuk membantu mengambil limbah dari pelanggan Octopus, platform tersebut telah menciptakan lapangan pekerjaan yang disebut pelestari - singkatan dari "Pahlawan Biru Penjaga Alam tetap Lestari" . 

Mayoritas pelestari ini dulunya pemulung yang diberi pelatihan cara memakai aplikasi dan mengenali sampah kemasan yang sesuai dengan standar industri daur ulang. Banyak juga mahasiswa, korban PHK akibat pandemi Covid-19, dan sopir ojek online yang ikut bergabung menjadi Pelestari. Sejauh ini, 49% Pelestari adalah perempuan. Aplikasi ini  mendukung para pelestari mengumpulkan kemasan paska konsumsi langsung dari rumah tangga, sehingga dapat memaksimalkan waktu dan meningkatkan pendapatan mereka.

Selain itu, bagi pelestari yang berhasil melakukan penjemputan sampah daur ulang langsung ke rumah konsumen, nantinya akan diberikan rekomendasi tempat penjualan barang atau pengepul yang relevan, sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan lebih dengan melakukan penjualan kepada lebih dari satu pengepul.

Kepada pengepul, Octopus juga bisa memberikan rekomendasi menyesuaikan skala usaha mereka. Untuk pengepul yang masih dalam skala kecil disarankan bisa fokus kepada barang seperti plastik. Jika sudah dalam kategori menengah bisa fokus kepada barang kardus. Selanjutnya untuk usaha pengepul yang masuk dalam kategori besar bisa fokus kepada barang tertentu seperti sampah daur ulang elektronik

Octopus saat ini telah menjangkau lebih dari 250 ribu pengguna yang tersebar di lima provinsi di Indonesia, yaitu Jakarta, Tangerang Selatan, Bandung, Bekasi, Depok, Bogor, Denpasar, Badung, Gianyar,  dan Makassar. OCTOPUS juga telah bekerja sama dengan lebih dari 2.000 bank sampah dan melibatkan  14.600 pelestari yang terlatih dan terverifikasi.

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 28 Maret 2024

  • 27 Maret 2024

  • 26 Maret 2024

  • 25 Maret 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan