Berinovasi Mengolah Sisa Produksi MSG
Ajinomoto Indonesia berinovasi memanfaatkan sisa proses pembuatan Monosodium Glutamat (MSG) untuk menghasilkan produk-produk samping yang memiliki nilai tambah. #Infotempo
Ajinomoto Indonesia (Ajinomoto) berkomitmen untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan keluarga Indonesia melalui produk dan layanan yang berkualitas tinggi. Lewat slogan globalnya Eat Well, Live Well, perusahaan yang dikenal lewat berbagai produk bumbu penyedap masakan, ini berupaya untuk memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia sekaligus melangkah ke arah bisnis berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Pedomannya adalah Ajinomoto Shared Value (ASV) yang berfokus pada pilar kesehatan dan kesejahteraan, sumber daya pangan, serta keberlanjutan global. ASV sekaligus menggambarkan inisiatif strategi untuk mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan. Untuk menciptakan proses produksi ramah lingkungan, Ajinomoto konsisten melakukan praktik ekonomi sirkular sejak 2009, terutama yang berkaitan dengan salah satu kebijakan yang digulirkan Kementerian Perindustrian, yakni industri hijau.
Ajinomoto Indonesia sendiri bukan nama baru di industri makanan dan minuman. Perusahaan di balik merek AJI-NO-MOTO ini memulai bisnisnya di Tanah Air pada 1969 dan mulai memproduksi AJI-NO-MOTO® pada 1970 di pabrik Mojokerto. Saat ini Ajinomoto memiliki tiga pabrik di Mojokerto, Karawang, dan Karawang Timur.
Ajinomoto selalu mempertahankan dan meningkatkan efisiensi produksi dari hulu hingga hilir pada proses produksi yang ada. Di hulu, dengan teknologi yang dipunya, perusahaan menekan penggunaan raw materials untuk meningkatkan produktivitas. Pada proses tersebut hingga mencapai hilirnya, perusahaan menghasilkan co-product atau produk samping yang memiliki nilai jual dan bisa diaplikasikan di bidang pertanian.
Sebagai bagian dari upaya perusahaan dalam aktivitas pengolahan produk samping dari hasil produksi MSG dan makanan serta sampah domestik lainnya, saat ini Ajinomoto Indonesia sudah menghasilkan pupuk Ajinomoto Foliar Fertilizer (Ajifol). Ajifol merupakan produk samping yang dihasilkan dari bahan baku utama produksi Monosodium Glutamat (MSG). Sebagai informasi, bahan baku utama produksi MSG adalah gula yang difermentasi. Yaitu tetes tebu, tepung tapioka dan lain sebagainya.
Pupuk yang telah dilengkapi dengan izin edar dari Kementerian Pertanian itu, menurut Yudho, mampu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit, sehingga dapat mengurangi pemakaian pestisida dan lebih ramah terhadap lingkungan. Departemen Agriculture Development PT Ajinomoto Indonesia yang beroperasi di Pabrik Mojokerto, Jawa Timur, tahun lalu sempat melakukan inovasi penyemprotan Ajifol dengan menggunakan teknologi drone.
Pupuk Ajifol juga sudah diperkenalkan kepada beberapa komunitas petani padi, jagung, dan tebu di Mojokerto, Madiun dan Malang, sebagai co product perusahaan yang dapat membantu menjaga pertumbuhan tanaman. Dari sisa proses pembuatan MSG itu, Ajinomoto juga memproduksi produk alternatif tambahan nutrisi pakan ternak, yaitu Fermented Mother Liquor (FML).Mengandung crude protein lebih dari 20%, FML bermanfaat bagi pertumbuhan serta perkembangan budi daya ternak sekaligus ikan. Selain mempunyai kandungan utama protein, FML juga mengandung 3-5% asam amino dan mineral yang berkualitas tinggi.
Selain mengolah produk samping cair dari hasil produksi MSG, Agriculture Development (Agri Dev) Department Ajinomoto juga mengolah produk samping dalam bentuk padat menjadi pembenah tanah GCC Mix, material pakan ternak TRITAN, dan beberapa produk sampingan lainnya yang juga mempunyai nilai jual.
Ajinomoto banyak menerapkan aktivitas produksi yang ramah lingkungan seperti pengurangan 34.900 ton emisi karbon (CO2) dengan berbagai cara, seperti mengurangi konsumsi bahan bakar seluruh transportasi di tempat kerja, memangkas penggunaan tenaga listrik, dan mengatasi kebocoran uap pada peralatan produksi. Ajinomoto mempunyai target mengurangi 180.000 ton CO2 pada 2023.
Pabrik Ajinomoto di Mojokerto juga telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai zero waste yang merupakan upaya meminimalkan dan mengurangi pencemaran lingkungan hingga ke titik nol. Salah satunya adalah pengurangan konsumsi air. Selain itu ada juga peningkatan pengelolaan air limbah supaya ketika disalurkan ke Sungai Brantas kualitas airnya menjadi lebih baik dan bersih.
Langkah ini sekaligus sebagai usaha untuk menjaga ketersediaan air dalam skala regional, sehingga dapat membantu mengatasi keterbatasan sumber daya air akibat peningkatan konsumsi air. Meski dengan mengurangi penggunaan air hingga 31 persen, kemampuan produksi ternyata tidak terganggu dan masih bisa meningkat. Kualitas produksi pun juga masih tetap dapat terjaga.