Waspadai Penyakit Low Back Pain Menyerang Usia Muda
Teknologi pengobatan Mayapada Hospital membuat pasien lebih nyaman dan minim sayatan. #Infotempo
Penyakit daerah punggung hingga ke pinggang atau Low Back Pain, kini telah bergeser ke usia muda. Dokter Spesialis Ortopedi dr. Nicko Perdana Hardiansyah, Sp.OT (K) dari Mayapada Hospital, mengatakan, saat ini prevalensi pasien bergeser ke usia lebih muda, 30-40 tahun bahkan 20 tahun.
Gaya hidup dan terlalu banyak duduk saat bekerja di depan layar membuat seseorang mengalami keluhan nyeri. Keluhan yang ditimbulkan pun bermacam-macam seperti nyeri di pinggang, tidak bisa bergerak leluasa, otot tegang, pusing, hingga kesemutan.
“Low Back Pain sesuatu yang berbeda. Low back pain 80-90 persen terjadi otot dan ligamen,” kata Nicko. Namun, keluhan setiap pasien tidak sama. Karena itu, pengobatan berbeda. “Sekitar 80-90 persen itu akan sembuh dengan sendirinya. Tanpa intervensi aneh-aneh,” ujarnya.
Nicko menegaskan, ada tanda pasien harus segera menemui dokter jika mengalami nyeri punggung yang sudah mengganggu tidur, penurunan kekuatan otot, nyeri menjalar, dan mengganggu pola berjalan. “Pastikan keluhan Anda tak disertai gangguan terhadap buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) hingga gangguan seksual. Ketika itu terjadi, belum tentu bahaya tapi ada something wrong,” kata dia.
Menurut Nicko, gejala Low Back Pain yakni meliputi, pegal-pegal di bagian pinggang bawah, nyeri lokal, nyeri terasa berkurang saat istirahat, dan rasa sakit serta tidak nyaman. Faktor risiko Low Back Pain, usia sekitar 20-40 tahun, riwayat jatuh, berat badan berlebih, posisi dominan membungkuk, dan terlalu sering mengangkat beban berat.
Pertolongan pertama untuk penyakit ini, biasanya dokter memberikan obat-obatan ringan seperti pain killer, pelemas otot hingga fisioterapi. “Pada pasien-pasien berat, bisa dilakukan penyuntikan, radiofrekuensi, hingga jalan terakhir adalah pembedahan hanya sekitar 3-5 persen pasien,” ujarnya. Pertolongan pertama saat di rumah bisa juga menggunakan obat oles atau mengonsumsi pereda nyeri seperti paracetamol.
Mayapada Hospital memberikan solusi untuk mengatasi nyeri pada daerah tulang belakang dengan terapi yaitu Heating: IRR/SWD/MWD; TENS/Ultrasound; dan Excercise/Terapi Latihan. Heating adalah suatu bentuk pemanasan dengan modalitas tertentu seperti IRR, SWD, MWD yang digunakan sesuai dengan kebutuhan kondisi pasien.
Adapun, TENS merupakan alat elektrikal terapi yang menghasilkan gelombang mekanik/getar dengan frekuensi tertentu. Ultrasound merupakan salah satu modalitas terapi yang berbentuk gelombang suara, menghasilkan efek micro massage pada jaringan yang diobatin.
Kemudian, Terapi Latihan dilakukan dengan mengunakan bermacam-macam metode dari massage (efflurage, friksen, palm kneeding, dan lainnya), terapi latihan dari stretching, strengthening dan isometrik, serta Aktive Exercise.
Untuk mengatasi nyeri akibat gangguan tulang belakang bisa juga dilakukan tindakan BESS atau Biportal Endoscopic Spine Surgery. Teknologi endoskopi ini lebih membuat pasien merasa nyaman.
"Permasalahan tulang belakang yang disebabkan oleh jepitan saraf kini tidak perlu dilakukan operasi bedah terbuka. Tindakan BESS adalah tindakan minimal invasif menggunakan alat endoskopi untuk mengatasi masalah tulang belakang," kata Nicko.
BESS dapat dilakukan pada pasien lansia karena dengan prosedur minimal invasif, risiko komplikasi sangat minimal, dan waktu pemulihan lebih cepat, sehingga aman untuk pasien lansia. Teknologi BESS ini sangat menguntungkan pasien. Tingkat keberhasilan yang tinggi dengan sayatan minimal dan durasi perawatan singkat, sehingga dapat segera beraktifitas kembali pasca tindakan.
Mayapada Hospital memiliki Orthopedic Center yaitu layanan komprehensif untuk menangani gangguan pada tulang, sendi, dan otot, seperti gangguan pada tulang belakang, lutut, panggul, tangan dan kaki. Dengan didukung tim Dokter Spesialis Orthopedi dari berbagai subspesialisasi, Orthopedic Center Mayapada Hospital mampu menangani berbagai kasus seperti gangguan tulang belakang, penggantian sendi lutut dan panggul, cedera ligamen, tulang dan otot secara minimal invasif, termasuk cedera olahraga.