Holding Industri Tambang Kerjasama dengan EGA Majukan Produk Aluminium
Diharapkan memiliki tambahan kapasitas lebih dari 400 ribu ton aluminium per tahun. #Infotempo
Dalam agenda KTT G20, komitmen terhadap lingkungan termasuk perubahan iklim menjadi agenda prioritas yang disepakati anggota negara G20. Salah satu strategi untuk mewujudkannya adalah dengan komitmen program dekarbonisasi dengan fokus pada transisi energi.
Tak heran jika listrik menjadi salah satu energi populer dalam menggerakkan banyak aspek di kehidupan ini, salah satunya sektor transportasi. Penyediaan energi listrik yang ramah lingkungan menjadi andalan utama dalam mendukung transisi energi.
Permintaan kendaraan listrik berbasis baterai semakin meningkat trendnya, hal ini pula menjadi alasan berlombanya para produsen kendaraan bermotor memproduksi kendaraan listrik berbasis baterai. Untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut dibutuhkan bahan dasar tambang yang tidak sedikit, mulai dari aluminium, nikel, tembaga, hingga timah, dan Indonesia menjadi salah satu negara utama penghasil komoditas tambang tersebut.
Melihat hal ini, Holding Industri Pertambangan di Indonesia, Mining Industry Indonesia (MIND ID), berperan aktif sebagai pemain utama penghasil komoditas tersebut dan mengambil langkah strategis melalui salah satu anggotanya yaitu PT Inalum (Persero).
Sebagai BUMN pengolahan aluminium terbesar di Indonesia, Inalum menjaga kehandalan dan meningkatkan performa industri aluminium nasional dengan menjalin kerjasama dengan Emirates Global Aluminium (EGA) yang merupakan perusahaan industri terbesar di luar sektor migas dari Uni Emirat Arab. Inalum dan EGA menandatangani perjanjian studi kelayakan terkait pengembangan perluasan brownfield Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Penandatanganan ini dilakukan oleh Direktur Utama Inalum, Hendi Prio Santoso dan CEO EGA, Abdulnasser Bin Kalban, pada KTT G20 di Bali, Senin, 14 November 2022. Hendi mengatakan, perjanjian ini diharapkan bisa meningkatkan performa Inalum dalam hal-hal peningkatan knowledge dan investasi industri aluminium nasional.
Sehingga Inalum bisa naik level dan menjadi wajah modernitas dalam industri pengolahan aluminium nasional, sekaligus bukti kepada industri global bahwa Inalum mampu memproduksi aluminium yang ramah lingkungan dengan menggunakan energi dari PLTA ramah energi dan berkelanjutan.
Selain itu, kolaborasi strategis ini juga memberikan kesempatan kepada Inalum untuk meningkatkan produksi hingga double capacity. “EGA adalah mitra pilihan Inalum untuk ekspansi brownfield Kuala Tanjung, berdasarkan efisiensi teknologi peleburan EGA dan pengalaman mentransfernya secara internasional, dan potensi kemitraan perusahaan sebagai investor dan/atau offtaker logam,” kata Hendi.
Dengan rencana ekspansi ini, Inalum diharapkan memiliki tambahan kapasitas lebih dari 400 ribu ton aluminium per tahun. CEO EGA, Abdulnasser Bin Kalban mengatakan, jika aksi korporasi perluasan ini berhasil maka Inalum diharapkan memiliki tambahan kapasitas lebih dari 400 ribu ton aluminium per tahun.
“Perjanjian ini merupakan langkah maju yang penting dalam kerja sama kami dengan Inalum, dan mendekatkan penyebaran teknologi yang dikembangkan UEA di Indonesia, saya berterima kasih kepada Inalum atas kepercayaan mereka yang berkelanjutan pada EGA sejalan dengan kemitraan antara kedua negara kita” kata Abdulnasser Bin Kalban.
Inalum terus melakukan inovasi dengan melakukan inisiatif pengembangan proyek strategis diantaranya Proyek Upgrading Teknologi Tungku Reduksi, Optimalisasi Smelter Aluminium Kuala Tanjung, Proyek Smelter Grade Alumina Refinery di Mempawah, dan Pembangunan Aluminium Remelt IAA. Sejalan dengan potensi besar pangsa pasar aluminium baik secara domestik dan regional.