Membuat Es dengan Sinar Matahari di Pesisir Sulamu
Pengembangan teknologi Solar Ice Maker telah dilakukan sejak tahun 2016. #Infotempo
“Pengembangan teknologi Solar Ice Maker telah dilakukan sejak tahun 2016 yang dilatarbelakangi oleh fakta bahwa produk perikanan di NTT tidak dapat diawetkan dengan teknologi pendingin karena pasokan listrik yang tidak mencukupi. Pada sisi lain, potensi energi surya melimpah, sehingga teknologi ini dipandang sebagai solusi yang baik,” ungkap Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Andriah Feby Misna saat meresmikan fasilitas Ice Maker di Sulamu, Senin, 31 Oktober 2022.
Beroperasinya fasilitas pembuatan es ini, secara resmi menjadi salah satu wujud Pemerintah dalam mengupayakan percepatan pemanfaatan energi terbarukan sekaligus membantu permasalahan masyarakat terkait keterbatasan akses energi. Solar Ice Maker dilengkapi dengan panel Surya 25 kWp, yang digunakan untuk mendinginkan larutan air garam hingga (-15) derajat Celcius untuk pembuatan balok es, sehingga pada malam hari proses pembuatan balok es ini dapat terus berlangsung. Solar Ice Maker di Sulamu beroperasi secara full off-grid dan mampu menghasilkan produksi es balok hingga 1 ton/ hari, atau 245 ton/ tahun. Dengan adanya solar Ice Maker ini diharapkan dapat mencukupi sekitar 56% kebutuhan es balok di Sulamu dan dapat membantu para nelayan menjaga kesegaran hasil tangkapannya.
Sebelumnya, pada tahun 2020, Kementerian ESDM bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencoba membangun PLTS Atap untuk fasilitas cold storage milik KKP di 12 lokasi. Pemerintah Jerman melalui GIZ selanjutnya mendukung dan mengembangkan pilot project Solar Ice Maker, yang merupakan fasilitas produksi es balok yang ramah lingkungan, tidak hanya karena menggunakan energi surya, tetapi juga menggunakan bahan refrigerant (pendingin)
“Banyak manfaat yang kita dapat dari pengembangan energi baru terbarukan ini. Selain meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi kita, pengembangan energi baru terbarukan juga membuka peluang dan membangun ekonomi hijau, serta menjadi salah satu alat untuk upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi,” imbuhnya.
Senada dengan Feby, Bupati Kupang Korinus Masneno menyampaikan bahwa solar ice maker ini merupakan sebuah inovasi teknologi yang mengintegrasikan energi terbarukan, dalam hal ini energi surya dengan energi pendingin, dan sistem full of grid. Fasilitas ini sangat membantu khususnya bagi para nelayan dalam memproduksi es batu sebagai bahan pengawet hasil tangkapan ikan.
“Mesin ini lebih ekonomis dibanding dengan bermesin diesel. Ditambah dengan berlimpahnya cahaya matahari di NTT, tentunya akan memaksimalkan cara kerja mesin pembuat es tenaga surya ini. Mesin yang kini hadir di Kabupaten Kupang, tepatnya di Sulamu ini tentunya akan memberikan dampak yang besar khususnya dalam mendukung masyarakat nelayan sehingga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat melalui sektor perikanan kelautan serta pemberdayaan nelayan lokal di daerah ini,” ujar Korinus.
Pada kesempatan yang sama, Deputy Head of Mission Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia, Thomas Graf mengapreasiasi Kementerian ESDM dan semua pemangku kepentingan yang sudah menjadi mitra strategis pengembangan tenaga surya. Pihaknya menegaskan bahwa kerja sama ini merupakan wujud komitmen Pemerintah Jerman mendukung secara global berbagai proyek untuk mengatasi masalah perubahan iklim dan pengembangan energi terbarukan.
“Ini merupakan bukti bahwa proyek ini bisa menjadi masa depan yang cerah bagi teknologi hijau, yang bisa membantu kita menyelesaikan masalah teknologi atau masalah energi di depan kita. Oleh karena itu kami berharap bahwa proyek ini akan menciptakan kesempatan bekerja dengan menggunakan teknologi yang berkelanjutan, serta meningkatkan peningkatan ekonomi hijau ke depannya,” pungkas Graf.