maaf email atau password anda salah


Wayang Santri untuk Membangun Persatuan dan Kesatuan

Keutuhan bangsa melalui Bhineka Tunggal Ika harus dijaga secara kreatif di era digital saat ini. #Infotempo

arsip tempo : 172853519534.

Pagelaran Wayang Santri pada Forum Pemajuan Kebudayaan dan Petunra - Tantangan Budaya dan Kebhinekaan di Era Digital.. tempo : 172853519534.

Kementerian Komunikasi dan Informatika mendukung pertunjukan wayang santri yang digelar di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, Salatiga, Jawa Tengah, Jumat, 8 April 2022. Pertunjukan wayang berjudul Kyai Semar Bangun Kayangan merupakan bagian dari upaya literasi digital melibatkan semua lapisan masyarakat, termasuk pesantren dan kalangan santri.

Melalui pertunjukan wayang ini, disampaikan pula pesan kepada santri dan masyarakat tentang tema besar tentang literasi digital, yakni Tantangan Budaya dan Kebinekaan di Era Digital. Tampil sebagai dalang pada pertunjukan wayang ini adalah Ki Haryo Susilo Enthus Susmono, putra almrahum dalang kenamaan, Ki Enthus Susmono. 

Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah, Romo Kyai Haji Maksum, menyatakan informasi apapun bisa dengan mudah diperoleh pada era digital. “Mudah dan murah. Cukup melalui smartphone, hampir segala hal bisa diketahui,” ujarnya.

Bahkan, kata Kyai Maksum, ada kecenderungan masyarakat bergantung kepada telepon seluler. “Ternyata HP itu lebih penting daripada segalanya seakan-akan lupa karo bojone ora opo opo, sing penting HP-ne,” kelakarnya.

Kyai Maksum mengatakan kehidupan semakin mudah pada era digital. Semuanya lebih mudah diperoleh dan dilakukan. Namun, di sisi lain juga membawa tantangan perubahan gaya hidup yang kompleks. Termasuk tantangan kehidupan berbangsa dan negara.

Bagaimana era digital akan mempengaruhi sendi-sendi kehidupan sehari-hari. “Unggah-ungguh, sopan santun, tepo seliro, bagaimana pengaruh era digital terhadap kebudayaan, terhadap konsep Bhineka Tunggal Ika,” ujarnya. Keutuhan bangsa melalui Bhineka Tunggal Ika, kata Kyai Maksum, harus tetap dijaga secara kreatif di era digital saat ini.      

Dalam sambutannya, Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kominfo Wiryanta, mengatakan tema Kyai Semar Bangun Kayangan sebagai gambaran bahwa manusia Indonesia tidak boleh bermalas-malasan. Harus berjuang untuk tumbuh dan berkembang membangun bangsa dan negara.  

Tema ini, kata Wiryanta, sejalan dengan upaya pemerintah mengatasi pandemi Covid-19 yang telah berlangsung sejak 2020. Kini, upaya pemerintah itu telah berhasil menekan laju penyebaran Covid-19 di wilayah Tanah Air. “Kini kami bersiap memasuki fase endemi,” ucapnya.

Wiryanta berharap santri dan santriwati Pondok Pesantren Al Falah ikut berperan dalam pemulihan kondisi bangsa dan negara, setelah selama dua tahun berjibaku mengatasi pandemi. Tidak hanya dalam konteks pemulihan ekonomi, tapi juga pemulihan spiritual dan mental.

Pandemi Covid-19, tutur Wiryanta, tidak saja menggoyahkan bangunan kesehatan masyarakat yang pada akhirnya merembet pada kehidupan ekonomi. Di sisi lain, pembatasan sosial dan gerak ekonomi, mau tidak mau juga berdampak pada sisi spiritual dan mental bangsa.

Wiryanta mengajak para santri dan santriwati untuk ikut terlibat, agar Bangsa Indonesia bisa dengan cepat pulih dan bangkit dari pandemi. Santri tidak ikut mengunggah konten-konten yang justru bisa memperkeruh suasana.

“Para santri bisa berperan aktif mengunggah konten-konten yang menyejukkan yang mengajak bersikap dan bertindak positif dalam menghadapi kondisi pasca pandemi saat ini,” kata Wiryanta.

Dalang Ki Haryo Susilo Enthus Susmono mengatakan wayang merupakan cara dan metode dakwah Islam di Nusantara. Dalam pertunjukannya, Ki dalang mengatakan bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah bagian dari isi dan kandungan makna Al Quran, yakni Surat Al Hujurat ayat 13.

Yang artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu,”  

Ki Haryo mengatakan cara dakwah para wali di zaman dahulu tetap relevan dan menjadi teladan di era digital saat ini. “Para wali membawa Islam tidak dengan mengusik tradisi, tapi justru memperkuat dengan cara yang Islami,” ujarnya.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 10 Oktober 2024

  • 9 Oktober 2024

  • 8 Oktober 2024

  • 7 Oktober 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan