maaf email atau password anda salah


Kementerian Pertahanan

Kemhan Tingkatkan Fasilitas 110 Rumah Sakit Rujukan Covid-19

Kementerian Pertahanan siap memberikan dukungan kepada leading sector Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama dengan Kementerian Kesehatan guna mengentaskan pandemi Covid-19.

arsip tempo : 172863349449.

Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC), Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu, 5 Mei 2021. ANTARA/M Risyal Hidayat. tempo : 172863349449.

JAKARTA – Kementerian Pertahanan (Kemhan) tingkatkan fasilitas rumah sakit bagi pasien Covid-19 mulai dari kemampuan kapasitasnya, penambahan ICU, sampai fasilitas pendukung lain agar pelayanannya lebih baik. Pasalnya, Kementerian yang dipimpin oleh Menteri Prabowo Subianto ini mempunyai 110 rumah sakit yang dapat menjadi rujukan di seluruh Indonesia.

“Kemhan mendukung dengan meningkatkan kesiapan rumah sakit TNI yang ada di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Dimana ada Prajurit TNI disitu ada rumah sakit TNI, di luar Pulau Jawa Rumah Sakit TNI sering menjadi sandaran utama,” kata Direktur Kesehatan Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan (Dirkes Ditjen Kuathan Kemhan) Laksamana Pertama TNI dr. Arie Zakaria, Sp.OT, Sp.KL., dalam bincang santai Defence’s Advocate Podcast yang dikutip dari kanal Youtube Kemhan RI, beberapa waktu lalu.

Selain peningkatan fasilitas rumah sakit, kata dr. Arie, pihaknya siap memberi dukungan dalam penanganan pandemi Covid-19 terhadap leading sector Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama dengan Kementerian Kesehatan. Sebab, bencana kesehatan saat ini sudah tidak bisa dipandang sebagai masalah sipil, melainkan sudah membahayakan pertahanan Negara.

Arie menjelaskan, bahwa ancaman pertahanan sebuah Negara bukan hanya dari konflik lewat senjata, melainkan sekarang telah merambah ke ancaman CBRNE (Chemical, Biological, Radiological, Nuclear, and Eksplosion). Tapi dari ancaman-ancaman tersebut, kata dia, yang paling berbahaya saat ini adalah ancaman senjata biologi karena dapat menyerang manusia tanpa terdeteksi.

Dengan senjata biologi atau mikroorganisme, Arie menuturkan, dapat menyebabkan penyakit yang digunakan untuk melumpuhkan musuh, dan target serangannya. Ancaman ini tidak saja menargetkan manusia tetapi juga digunakan untuk melumpuhkan perekonomian suatu negara melalui penyebaran wabah penyakit pada hewan maupun tumbuhan. Hal ini pastinya dapat menimbulkan kerugian ekonomi, yang melebihi serangan senjata kepada manusia.

Berkaca dari masa lalu, Arie mengatakan, bahwa pandemi akan terus berulang pada setiap zaman. Hal ini yang merubah pendekatan bahwa kesehatan bukan lagi soal masalah sipil, melainkan sudah menjadi persoalan yang mengganggu pertahanan Negara. Guna memudahkan koordinasi, ia mengungkapkan mempunyai perkumpulan dokter militer antar Negara ASEAN yang bernama Asean Center Of Military Medicine, dan Komite Internasional Kedokteran Militer (ICMM). “Begitu ada kabar, kita selalu monitor,” kata Arie.

Sebelum diumumkan kasus pertama Covid-19 pada Maret 2020 oleh Presiden Joko Widodo, Arie mengungkapkan bahwa seluruh pemangku kesehatan dari sipil dan militer menggelar rapat di Januari 2020. Hal itu guna mengetahui kesiapan Indonesia dalam mengantisipasi pandemi ini. Namun terkejutnya, saat itu belum mencukupi laboratorium untuk pemeriksaan spesimen dan rumah sakit perawatan untuk pasien Covid-19. “Jadi ini domain kita health security, dan bukan lagi domain kesehatan, kita bikin tim (Satgas Penanganan Covid-19),” ucapnya.

Tim yang tergabung dari berbagai macam sektor dan diketuai oleh Kepala Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB), Arie mengatakan, keputusan pertama yang diambil adalah mengencangkan 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak). Hal itu berdasarkan pada sifat virus Sars Cov-2 yang menyerang paru-paru inangnya.

Kemudian, kata dia, Pemerintah juga mengencangkan 3T yakni testing, tracing dan treatment. Seperti membangun mengubah Wisma Atlet menjadi rumah sakit darurat Covid-19, dan pengadaan alat tes. “Yang ada kita adakan dulu, seperti tes antibodi baru kemudian berkembang ke antigen,” tuturnya.

Arie tidak menampik bahwa program vaksinasi yang dijalankan pemerintah membantu menurunkan kurva kasus baru Covid-19 di Indonesia. Namun penanganan pandemi Covid-19 saat ini, kata dia, tidak menutup kemungkinan dapat mengalami gelombang kedua. Pasalnya, berkaca dengan Negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan India sudah mengalaminya. Kemudian ditambah lagi, mobilitas masyarakat saat ini terbilang tinggi karena ada libur Lebaran, dan kurva Covid-19 menunjukan ada kenaikan kasus.

“Persoalannya itu kultur dan pendidikan bangsa kita ini bervariasi, disiplin itu paling sulit di kita, karena semua perlu kesadaran. Program tak perlu banyak-banyak tinggal pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak,” tuturnya.

Oleh karena itu, dia mengingatkan bahwa Pandemi belum berakhir, dan berharap kepada masyarakat agar jangan lengah serta tak abai terhadap protokol kesehatan. Karena hal itu dapat menciptakan kluster-kluster baru penularan Covid-19, dan merugikan diri masing-masing.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 11 Oktober 2024

  • 10 Oktober 2024

  • 9 Oktober 2024

  • 8 Oktober 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan