maaf email atau password anda salah


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Konsisten Protokol Kesehatan dalam Pembelajaran Tatap Muka

Para orang tua dan pendidik menyatakan siap menggelar belajar di kelas.

arsip tempo : 173077763384.

Ilustrasi belajar tatap muka di masa pandemi.. tempo : 173077763384.

JAKARTA – Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jumeri, mengatakan ada tahapan yang harus dilakukan sekolah dalam pembelajaran tatap muka. Pertama adalah ada gugus tugas di sekolah di antaranya personil internal dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan, kelurahan, dan orang tua siswa. Kedua, sekolah menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk memastikan anak-anak dan guru-guru aman seperti menyiapkan toilet bersih dan air bersih.

Ketiga, setiap kelas harus ada tempat cuci tangan. Keempat, sekolah menyediakan thermo gun agar bisa memfilter orang yang masuk ke sekolah. “Ketika ditemukan suhu personilnya melebihi batas, silakan diisolasi agar tidak kemudian masuk ke lingkungan sekolah,” kata Jumeri, dalam keterangan tertulisnya.
 
Tahapan kelima, sekolah wajib menyiapkan masker dan hand sanitizer cadangan ketika warga sekolah lupa membawa. Keenam, sekolah menyiapkan prosedur operasional standar (POS) untuk mengarahkan, membimbing, dan memandu warga sekolah agar bisa berperilaku sehat.

“Persiapan berangkat dari rumah, di kendaraan bagaimana, pemeriksaan di sekolah, kalau panas tinggi, kalau sakit harus di rumah,” kata Jumeri. “Kemudian komorbid harus bertahan di rumah. Sekolah mempersiapkan sarana promosi edukasi di lingkungan sekolah untuk mengingatkan warga sekolah agar menjaga 5M.”

Untuk memandu orang tua tentang tata laksana mengantar dan menyambut anak di sekolah dengan aman, kata Jumeri, sekolah dapat menyelenggarakan pertemuan virtual atau fisik dengan berjaga jarak. Kemudian, para orang tua diminta untuk tidak mengantarkan anak dengan transportasi umum.

Selain itu, lanjut Jumeri, sekolah juga wajib mengatur sistem pembelajaran tatap muka terbatas. Misalnya, pembagian waktu dalam satu kelas pada hari yang berbeda dengan kapasitas maksimum per kelas 50 persen. “Ini harus ditaati warga sekolah,” ungkapnya.

Jika ada penularan, kata Jumeri, sekolah harus ditutup dan pembersihan harus dilakukan untuk bisa memastikan bahwa sekolah bisa digunakan kembali dan yang sakit ditangani secara baik. “Pastikan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan sudah divaksinasi karena mereka punya risiko yang lebih tinggi dibandingkan siswa,” ujarnya.

Dengan dimulainya pembelajaran tatap muka terbatas di beberapa sekolah, Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Suyanto, mengingatkan untuk para murid dan pengajar harus disiplin dan konsisten dalam menegakan protokol kesehatan. Menurut dia hal ini menjadi kunci yang sangat penting agar sekolah tidak menjadi kluster penyebaran Covid-19. “Untuk menjaga protokol kesehatan terutama social distancing anak-anak harus dikondisikan, kelasnya juga harus dipastikan karena duduknya juga social distancing,” tuturnya.

Suyanto meminta dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas bisa benar-benar diawasi. Karena yang paling utama kata dia adalah memastikan keselamatan dari siswa dan guru. “Kalau ketinggalan pelajaran masih bisa dipelajari, tapi kalau sudah tidak selamat dan kena Covid-19 dan menjadi korban itu tidak bisa belajar lagi,” tuturnya.

Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan penutupan sekolah tidak akan efektif jika aktivitas sektor lain diizinkan buka. Secara ilmiah, menurut dia, pembelajaran tatap muka terbatas relatif aman apabila jaring pengaman pencegahan penularan Covid-19 dijalankan dengan konsisten. "Jadi kalau ini semua dijalankan dengan konsisten dan komitmen, mulai dari masker dan lain-lain, secara scientific relatif aman, tapi tantangannya di komitmen dan konsistensi," kata dia saat dihubungi, beberapa waktu lalu.

Dicky memaparkan sejumlah jaring pengaman yang dimaksud. Pertama, pihak sekolah menetapkan apa saja jenis mata pelajaran yang mengharuskan murid datang ke sekolah. Artinya, guru harus memilah mata pelajaran yang bisa dijalani secara daring dan tatap muka.

Kedua, setiap sekolah membentuk kelompok belajar dengan anggota 10-20 orang. Tujuannya untuk meminimalisasi potensi penularan Covid-19 serta memudahkan pelacakan jika ditemukan anggota kelompok terinfeksi virus.

Ketiga, mengatur agar tak ada penumpukan saat masuk dan pulang sekolah. Keempat, memastikan seluruh penghuni sekolah, mulai dari guru, staf, hingga murid dalam kondisi sehat. Caranya dengan menggelar skrining kesehatan dan tes Covid-19 berkala. "Guru atau staf sekolah yang memiliki risiko tinggi atau komorbid harus diberikan keleluasaan untuk tidak melakukan sekolah offline," ucap Dicky.

Kelima, memberi pemahaman kepada guru bahwa situasi saat ini unik dan mendukung psikologis para pendidik. Keenam, mengedukasi murid untuk tetap menjalankan protokol kesehatan dan apa yang harus dilakukan saat masa new normal sekolah. Ketujuh, Dinas Kesehatan DKI melalui puskesmas atau klinik harus mendampingi setiap sekolah tatap muka.

Kepala SDN 03 Palmerah, Etty Haryati, mengatakan semua guru bersemangat dalam mengikuti uji coba pembelanjaran tatap muka setelah setahun menjalani pembelajaran jarak jauh. "Semangat semua dan tidak takut,” kata dia, kemarin. “Apalagi semua guru sampai penjaga sekolah sudah divaksin.”

Menurut Etty, uji coba ini hanya diikuti siswa kelas IV, V, dan VI. Pihak sekolah sebelumnya telah menyiapkan seluruh sarana-prasarana untuk menerapkan protokol kesehatan. Sekolah juga sudah mendapat izin dari orang tua siswa. "Orang tua siswa kelas V dan VI setuju, sementara di kelas IV ada yang tidak setuju. Tapi tidak apa-apa," kata dia.

Tak hanya guru, para siswa yang datang ke sekolah juga terlihat antusias. Mereka mengenakan seragam lengkap, berikut masker dan face shield. Sebelum masuk ke kelas, suhu tubuh mereka diperiksa oleh guru. Setiap siswa juga diminta mencuci tangan di tempat yang sudah disediakan.

Sejumlah orang tua siswa mengaku senang anaknya bisa kembali ke sekolah. “Selama belajar secara online, saya cukup kerepotan karena harus menemani belajar, padahal saya harus bekerja,” kata seorang ibu saat mengantar anaknya yang duduk di kelas V. Ibu itu sengaja mengantar anaknya untuk memastikan sekolah benar-benar menjalankan protokol kesehatan. "Saya mau lihat dan memastikan saja.”

Inforial

Konten Eksklusif Lainnya

  • 5 November 2024

  • 4 November 2024

  • 3 November 2024

  • 2 November 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan