Ketika masih bekerja kantoran pada 2011, Ryan Gondokusumo pernah mendapat tugas membuat kalender perusahaan. Bersama tim desain yang ada, dia pun menyanggupinya. Tapi, begitu desain kalender kelar, atasannya kurang cocok atas hasil pekerjaan tersebut. "Akhirnya saya buat sayembara di Kaskus, dalam tujuh hari mendapat lebih dari 300 desain yang bagus-bagus," ujar dia, kemarin.
Dari situ Ryan melihat adanya potensi yang besar atas kemampuan masyarakat di luar sana. Sebab, sebuah perusahaan tidak jarang membutuhkan jasa pekerja lepas untuk menyelesaikan pekerjaan spesifik sekali tembak. Itulah titik mula alumnus program studi teknik elektro Purdue University, Amerika Serikat, ini mengembangkan situs web penyedia jasa desain bernama Sribu. Platform berbasis web yang mewadahkan pekerja lepas itu didirikan pada 2014.
Melalui situsnya, Ryan mengatakan para desainer bisa mendapat tambahan pundi-pundi dengan menjual jasanya. Perusahaan dibebaskan menjaring freelancer sesuai dengan kebutuhannya. "Semua bisa dilakukan secara online, sesuai dengan penerapan work from home," ujar Ryan.
Respons pasar ternyata mengejutkan. Sribu berhasil mempertemukan ratusan klien dengan desainer grafis dalam setahun. Pada 2014, Ryan pun membuka situs web lain bernama Sribulancer alias wadah untuk seribu freelancer. Sribulancer menyediakan jasa pemasaran online, jasa pengembangan situs web, desain multimedia, jasa administrasi, penulisan blog, dan penerjemah.
Kini, Sribu sudah memfasilitasi lebih dari 9.000 klien. Sribulancer juga memiliki tak kurang dari 7.000 klien dengan puluhan ribu transaksi jasa. Hingga saat ini sudah ada 20 ribu freelancer yang terdaftar di Sribulancer. Untuk meningkatkan mutu yang disediakan, Sribu dan Sribulancer ikut mengontrol kualitas, dari sertifikat keahlian hingga portofolio pekerjaan yang sudah dilakukan.
Untuk bisa bergabung menjadi penyedia jasa lepas, seorang calon freelancer cukup mendaftarkan diri di situs web Sribu atau Sribulancer. Begitu semua administrasi yang dibutuhkan rampung, Ryan bersama timnya akan melakukan verifikasi sebelum seorang freelancer bisa bergabung dan memasarkan jasanya.
Satu-satunya imbal balik yang diminta Sribulancer dari para pekerja lepas adalah komisi 10-20 persen dari setiap transaksi. "Tapi kami tidak menjamin (mereka) bisa mendapat pekerjaan, balik lagi ke keahlian dan kompetisi masing-masing," ujar Ryan.
Besaran pendapatan yang bisa diperoleh tenaga lepas sangat bervariasi. Semakin tinggi tingkat pekerjaan, tentu semakin besar bayarannya. Sejauh ini, 5 persen dari mitra bisnis yang ada merupakan perusahaan asing dari Thailand, Singapura, Hong Kong, dan Amerika Serikat. Artinya, kata Ryan, pembayaran bisa dilakukan melalui mata uang asing, seperti dolar Amerika Serikat yang nilainya cukup tinggi terhadap rupiah.
Dalam waktu dekat, entitas yang disokong pendanaan East Ventures ini bakal menyatukan kedua situsnya menjadi Sribu. Hal ini merupakan kebijakan rebranding untuk menggenjot efektivitas awareness masyarakat. Ryan mengatakan kondisi yang mengharuskan masyarakat beraktivitas di rumah membuka peluang baru bagi lowongan freelancer bidang ahli search engine optimization, ahli copy writer, pengembangan situs, dan semua yang berhubungan dengan bisnis online. "Memang ada yang turun juga, seperti pembuatan logo," kata Ryan.
Melansir laman Reuters, kebutuhan akan freelancer di dunia memang bakal meningkat di masa mendatang. Bagi perusahaan, efisiensi dalam menyewa pekerja lepas jauh lebih baik ketimbang menyewa karyawan tetap. Sebaliknya, bagi para pekerja lepas, banyaknya kesempatan ini bisa menambah pundi-pundi mereka di luar pekerjaan tetapnya.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial, Anton Supit, mengatakan wajar banyak masyarakat yang tertarik menyambi menjadi freelancer karena tak sedikit yang memberikan janji dari sisi pemasukan. Tapi dia mengatakan akan lebih baik jika pekerjaan lepas tidak menjadi pekerjaan utama. "Saya melihat lebih baik masyarakat memiliki pekerjaan tetap lebih dulu karena dilindungi status dan honornya," ujar Anton. ANDI IBNU
PT Sribu Digital Kreatif
Berdiri: 2011
Bidang: urun daya tenaga kerja
Pendiri:
Ryan Gondokusumo,
Wenes Kusnadi
Pendanaan:
- Tahap awal dari East Ventures (2012)
- Seri A dari Infoteria Corporation (2014)
Situs:
- Sribu.com
- Sribulancer.com