Panda raksasa tak pernah puas mengunyah bambu. Banyak ilmuwan mempertanyakan soal ini: bagaimana beruang itu dapat bertahan hidup hanya dari tanaman bernutrisi rendah dan berserat banyak itu. Sebuah studi terbaru berusaha mengungkap misteri di balik pertanyaan tersebut. Hasilnya, panda menghemat energi dengan bermalas-malasan, serta didukung organ tubuh dalam berukuran kecil dan gen khusus.
Selama satu tahun, para ilmuwan dari Chinese Academy of Sciences di Beijing, Cina, mengikuti lima panda penghuni konservasi dan tiga panda liar, Ailuropoda melanoleuca, untuk meneliti pola makan dan perilaku mereka. Peneliti menggunakan global positioning system (GPS) untuk melacak keberadaan mereka dan menganalisis kandungan kimia pada kotoran panda. Dari situ akan terlihat bagaimana hewan berbulu hitam-putih besar ini menghabiskan energinya setiap hari.
Anehnya, panda hanya membutuhkan sekitar 38 persen energinya per hari. Angka ini terbilang rendah dibanding hewan berukuran tubuh sama. "Ini mengejutkan. Kebutuhan energi mereka sama dengan kukang bercakar tiga dan lebih kecil daripada koala," kata penulis utama studi, Fuwen Wei, yang juga profesor zoologi di Academy, seperti dikutip dari Live Science, awal Juli 2015.
Selama ini hanya beberapa mamalia yang diketahui membutuhkan sedikit energi. Tikus batu Australia (Zyzomys argurus), misalnya, hanya menghabiskan 12 persen. Tikus mol emas (Eremitalpa namibensis) menghabiskan 26 persen energi per hari. Namun belum diketahui bagaimana cara kedua hewan kecil ini menghemat energi mereka.
Pada awal mengikuti panda, rekaman GPS menunjukkan bahwa hewan ini tidak bergerak banyak setiap hari. Saat bergerak pun panda melakukannya dengan amat perlahan. Panda di tempat konservasi hanya bergerak sepertiga dari waktu mereka, sementara panda liar sekitar setengah dari waktu mereka. "Kecepatan berjalan panda liar malah hanya 15,5 meter per jam. Sangat rendah!" demikian peneliti menulis dalam jurnal Science yang terbit pada 9 Juli 2015.
Selain data GPS, para peneliti meninjau data otopsi hewan raksasa ini. Ketimbang badannya, panda ternyata memiliki organ tubuh dalam berukuran kecil. Otak, hati, dan ginjalnya lebih kecil dibanding hewan berukuran sepadan, seperti beruang. Para peneliti berasumsi bahwa organ kecil dapat membantu mengurangi jumlah energi yang terkuras, membuat kalori yang berharga bagi panda tak cepat terkuras.
Dari kandungan kimia tubuh, panda juga memiliki jumlah yang lebih sedikit ketimbang mamalia seukuran. Hormon tiroid, yang mengatur metabolisme tubuh, dari panda konservasi menunjukkan tingkat dua hormon ini-tiroksi dan triiodothironin-hanya separuh dari mamalia lain. Bahkan, para peneliti menulis, kadar hormon ini menjadi lebih rendah saat panda berhibernasi ketimbang saat beruang hitam (Ursus americanus) melakukan hal serupa.
Namun peneliti menemukan hal menarik dari panda. Yakni tingkat hormon tiroid panda sama dengan anjing laut abu-abu, Halichoerus grypus. "Anjing laut akan menurunkan metabolisme mereka secara otomatis saat menyelam untuk menghemat energi," ujar Wei.
"Keunikan panda lainnya ada pada genom," dia menjelaskan. Wei dan timnya menemukan sebuah mutasi genetik menarik pada gen DUOX2 yang terlibat dalam produksi hormon tiroid. Pada manusia, hormon ini dapat menyebabkan tiroid kurang aktif. Jadi, peneliti menyimpulkan, rendahnya tingkat hormon tiroksin dan triiodothyronin panda disebabkan oleh mutasi genetik hormon tiroid.
Secara bersamaan, gabungan antara gaya hidup malas panda, organ tubuh dalam yang kecil, dan mutasi hormon tiroid membantunya menghemat energi. Selain itu, memungkinkan panda untuk terus mengunyah bambu. SCIENCES | LIVE SCIENCES