Halaman Instagram Asosiasi Industri Animasi Indonesia (Ainaki) mungkin bisa menggambarkan betapa semaraknya industri animasi Tanah Air pada masa pandemi. Selain undangan dan poster acara webinar atau workshop online, di akun ini banyak terdapat unggahan lowongan pekerjaan di bidang animasi. Kondisi ini terjadi karena banyak studio animasi membutuhkan tambahan tenaga kerja akibat meningkatnya pesanan produk animasi.
Berdasarkan hasil survei Ainaki bersama Deputi Kajian Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada masa pandemi memang tak sedikit studio animasi yang melakukan efisiensi dengan mengurangi karyawan. Namun, menurut Ketua Ainaki Daryl Wilson, hal itu hanya terjadi pada studio-studio yang berfokus menggarap proyek-proyek animasi jangka panjang, seperti film atau serial. “Mereka terkena dampak penundaan penayangan film animasi akibat bioskop yang tidak buka selama pandemi,” kata Daryl saat dihubungi, Rabu lalu.
Namun hal sebaliknya terjadi pada studio animasi yang banyak menggarap proyek servis seperti iklan atau animasi lain pesanan klien. Hal itu terjadi karena banyak pekerjaan yang berpindah ke medium animasi, seperti iklan di TV dan media daring serta animasi serial. Hasil survei Ainaki itu menyebutkan potensi serapan sumber daya di industri animasi di Indonesia mencapai lebih dari 3.000 pekerja profesional dari lulusan SMK hingga sarjana, baik tetap maupun tidak tetap. “Di bursa tenaga kerja online industri kreatif saja dilaporkan ada peningkatan permintaan hingga 400 persen sejak Maret lalu.”
Kendati demikian, Daryl menyatakan, penciptaan sumber daya manusia industri animasi di Tanah Air masih belum ideal. “Perlu revitalisasi kurikulum di sekolah-sekolah vokasi yang punya kurikulum animasi,” ujarnya. Pasalnya, dari 10 ribu lulusan sekolah vokasi animasi, hanya 10 persen yang dinilai siap kerja. “Secara teknis, sumber daya manusia kita tidak kalah hebat dari orang luar. Tapi, secara kualitas, memang perlu banyak peningkatan.”
Daryl mengatakan salah satu cara efektif untuk mendongkrak kualitas sumber daya manusia di sektor animasi adalah penerapan sistem praktik kerja lapangan di studio animasi. Menurut dia, banyak sekolah vokasi punya jurusan animasi, tapi para siswanya kebingungan ketika harus melakukan praktik kerja karena di daerah mereka tidak ada perusahaan atau studio animasi. “Sehingga mereka malah praktik kerja di perusahaan perkebunan, bahkan pasar swalayan.” Memang, Daryl menambahkan, kebanyakan studio animasi berlokasi di Pulau Jawa.
Ketua animakini 2020, Ehwan Kurniawan. DOK.PRI
Daryl sendiri, melalui studio animasinya, Kumata, menyiasati dengan menyediakan studio praktik animasi bagi siswa di daerah. “Jadinya studio yang jemput bola ke daerah.” Saat ini Kumata sedang mendirikan studio animasi di SMK 1 Indramayu. “Nantinya siswa di sana bisa langsung praktik kerja dengan ikut menggarap proyek animasi yang dikerjakan tim Kumata,” ujarnya. Pelibatan siswa dalam proyek-proyek komersial, kata dia, akan membantu peningkatan kualitas siswa sekolah vokasi.
Upaya lain datang dari kalangan akademikus. Institut Kesenian Jakarta (IKJ) melalui festival animasi Animakini, yang digelar secara daring pada Oktober-November lalu, mendorong sekolah dan kampus-kampus pemilik program studi animasi untuk memamerkan karya para siswanya secara terbuka kepada publik.
Ketua pelaksana Animakini, yang juga Koordinator Multimedia Program Studi Desain Komunikasi Visual IKJ, Ehwan Kurniawan, mengatakan, dalam perhelatan Animakini tahun ini, ada sekitar 500 karya dari puluhan sekolah vokasi dan kampus di seluruh Indonesia yang dapat diakses masyarakat. Bahkan Animakini mengadakan acara nonton bareng secara daring. Karya-karya yang merupakan tugas akhir para siswa itu diunggah ke YouTube.
Hal ini baru bagi Animakini, karena pada tahun-tahun sebelumnya karya animasi yang ditampilkan kepada publik merupakan karya pilihan yang dilombakan. “Tapi, dengan mengunggah karya mereka secara daring, kami mendorong pihak sekolah terbiasa mendokumentasikan karya para siswanya,” ujarnya. Dengan begitu, kata Ehwan, pendokumentasian karya animasi Tanah Air pun bisa semakin baik.
Ehwan mengakui bahwa animasi berkualitas yang ditampilkan di Animakini masih didominasi karya hasil para mahasiswa yang kampusnya punya program studi khusus animasi. “Beberapa sekolah dan kampus lain yang baru membuka program animasi memang masih dalam tahap belajar.” Meski begitu, kata dia, lewat acara Animakini, terlihat bahwa potensi sumber daya animasi di Tanah Air, terutama dari tingkat sekolah menengah kejuruan, sudah cukup besar. “Tinggal menyinkronkan antara pendidikan dan industri.”
Praga Utama