Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Didesak Melebur Agar Lebih Subur

Di tengah pasar yang terbatas, persaingan antar-produsen beton pracetak (precast) anak usaha BUMN jasa konstruksi semakin ketat. Wacana pembentukan holding BUMN beton dinilai perlu segera dilakukan.

15 Februari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Proyek pembangunan Jalan Tol Cimanggis – Cibitung kawasan Jalan Alternatif Cibubur, Jakarta, 25 Oktober 2021. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Bisnis beton di kalangan BUMN jasa konstruksi dinilai semakin tak efektif karena pasarnya bergantung pada induk usaha.

  • Hampir semua BUMN jasa konstruksi memiliki anak usaha yang memproduksi beton pracetak.

  • Bisnis beton pracetak ikut tergerus ketika bisnis konstruksi di perusahaan induk menurun.

JAKARTA – Rencana peleburan anak usaha perusahaan konstruksi pelat yang bergerak di bidang produksi beton pracetak (precast) atau holding BUMN beton dinilai perlu segera dilakukan. Peneliti badan usaha milik negara dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto, mengatakan pemekaran bisnis beton di kalangan BUMN jasa konstruksi semakin tak efektif karena pasarnya masih sangat bergantung pada induk masing-masing.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Captive market (pasar dengan pilihan terbatas) ini persoalan klasik. Jadi, saat bisnis konstruksi induk terganggu, anak usaha betonnya juga terhenti,” kata Toto kepada Tempo, kemarin.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Toto mencontohkan PT Waskita Beton Precast Tbk yang kinerjanya ikut tergerus karena bisnis konstruksi induknya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, sempat sepi akibat pandemi. Bila merujuk pada laporan keuangan kuartal III 2021, angka pendapatan usaha dan penjualan emiten beton berkode saham WSBP itu sempat menurun secara tahunan, dari Rp 1,43 triliun per September 2020 menjadi Rp 743 miliar pada September tahun lalu.

Waskita Beton pun menjadi satu-satunya anak usaha Grup Waskita yang restrukturisasi utangnya belum rampung, tertinggal dari PT Waskita Karya Realty, PT Waskita Karya Infrastruktur, dan PT Waskita Toll Road. Perusahaan konstruksi pelat merah itu kini menanggung beban utang konsolidasi yang nilainya nyaris menyundul Rp 90 triliun.

Pembangunan jalan tol Becakayu oleh PT Waskita Toll Road (WTR) di kawasan Basuki Rahmat, Jakarta, 11 Februari 2022. TEMPO/Tony Hartawan

Skema peleburan atau pembentukan sub-holding, menurut Toto, harus digeber sebagai solusi utama pemangkas beban keuangan. Opsi ini tak hanya berlaku untuk Waskita, tapi juga perusahaan BUMN karya lain. Bila Waskita memiliki Waskita Beton Precast, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika memiliki Wika Beton Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk memiliki PT Adhi Persada Beton, dan Grup PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk memiliki PT PP Urban.

“Seharusnya satu perusahaan precast dapat melayani seluruh kebutuhan BUMN, kepemilikannya bisa bersama,” tutur dia. “Jadi skala keekonomian terpenuhi, harga pun lebih kompetitif.”

Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira Adhinegara, pun menilai pengadaan beton berskema tender ataupun kolaborasi akan lebih efisien untuk keuangan BUMN karya. Selama ini bahan baku diasup lewat penunjukan langsung ke anak usaha. “Bukannya jadi profit income, malah jadi cost center. Jadi seharusnya dilebur atau kalau tidak, ya, dibubarkan.”

Wacana peleburan anak usaha BUMN karya di bidang produksi beton pracetak ini terungkap saat wawancara tim Koran Tempo dengan Direktur Utama Waskita Karya, Destiawan Soewardjono, Kamis pekan lalu. Ia membenarkan adanya rencana pengembangan holding beton oleh pemerintah.

Menurut Destiawan, kompetisi antar-produsen beton anak usaha BUMN ini semakin ketat karena jenis produk yang nyaris serupa. “Kalau utilitas rendah, cost akan tinggi, sehingga bukan untung, malah buntung,” katanya. Namun, ia menambahkan, rencana pembentukan holding beton ini masih berada di tahap awal. "Baru sebatas obrolan sambil ngopi."

Untuk perbaikan jangka pendek di lingkup internal Waskita, Destiawan berencana membatasi lini bisnis Waskita Beton Precast yang selama ini kerap ikut terjun menjadi kontraktor proyek. “Ke depannya, Waskita Beton diarahkan untuk supporting usaha induk saja agar tidak ada kompetisi,” ujar Destiawan. Restrukturisasi Waskita Beton pun ditargetkan kelar pada triwulan pertama tahun ini.

Saat ditanyai Tempo, kemarin, Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, tak menampik informasi ihwal rencana penyatuan anak usaha BUMN di bidang pracetak. Namun dia memastikan usulan itu belum menjadi agenda utama kementerian. “Belum jadi prioritas tahun ini, kita tunggu saja.”  

Direktur Eksekutif Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) DKI Jakarta, Setu Albertus, turut mendesak pembubaran gurita anak usaha BUMN konstruksi. Gapensi menilai bisnis kontraktor pelat merah saat ini sudah terlalu lebar dan melenceng dari bidang intinya. Akibatnya, entitas jasa konstruksi level mikro dan menengah sering tak kebagian proyek.

“Anak usaha itu bisnis akal-akalan dari BUMN. Harusnya pemerintah menertibkan,” kata Setu. “Kalau diabaikan, sama saja membunuh usaha swasta.”

YOHANES PASKALIS

Baca Juga:

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus