Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Rahmad Pribadi menyiapkan strategi pertumbuhan 40 tahun kedua untuk Pupuk Kaltim.
Pupuk Kaltim akan menggelar penawaran saham perdana atau IPO.
Pupuk Kaltim berencana membangun industri berbasis sumber daya alam terbarukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rahmad Pribadi tak butuh waktu lama untuk menemukan potensi PT Pupuk Kalimantan Timur (Persero) atau Pupuk Kaltim yang kini ia pimpin. Beberapa hari setelah dilantik pada Agustus tahun lalu, dia menyadari peran strategis perseroan sebagai penyuplai pupuk yang menunjang produktivitas sektor pertanian dan perkebunan. Buktinya adalah kondisi keuangan yang prima. “Bayangkan. Perusahaan umurnya sudah 44 tahun, tidak satu tahun pun pernah rugi,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 2020, Pupuk Kaltim mencetak rekor perolehan laba Rp 1,8 triliun. Kini Rahmad bersama timnya menyiapkan rencana pertumbuhan 40 tahun kedua. “Kami akan kembangkan dua kali lipat,” tuturnya.
Dalam wawancara bersama jurnalis Tempo Efri Ritonga, Vindry Florentin, dan Larissa Huda, pada Rabu lalu, dia membeberkan beberapa strateginya. Berikut ini petikan wawancara tersebut.
Bagaimana Anda merencanakan ekspansi untuk mengembangkan perusahaan?
Dalam fase pertumbuhan 40 tahun kedua ini, kami membayangkan salah satu yang akan dicapai adalah memperkuat posisi dominan di sektor petrokimia berbasis gas alam. Kami bisa tambah kapasitas produksi dan hilirisasi. Semakin ke hilir, nilai tambahnya semakin banyak. Jadi, untuk negara juga semakin baik. Sekarang kami sedang membangun pabrik amonium nitrat, bahan baku peledak. Tahun depan, kita juga akan membangun pabrik soda ash, bahan baku untuk industri kaca. Dan bagusnya lagi, proses produksinya menggunakan karbon dioksida. Jadi, kami bisa sekalian mengurangi emisi karbon.
Seperti apa rencana menambah kapasitas produksi perseroan?
Kami akan membangun pabrik di Papua Barat karena sumber gas di sana besar sekali. Ada istilah teman-teman, new Bontang in Papua Barat. Jadi, nanti kami akan membangun industri seperti yang ada di Bontang di Papua Barat. Seperti metanol, yang tidak ada di Bontang.
Berapa besar kebutuhan gas untuk proyek ini?
Kami perkirakan gas yang akan dikonsumsi sekitar 60 persen dari yang kami pakai di Bontang. Kami tidak memiliki pasokan metanol, padahal kebutuhannya cukup besar, sekitar 1 juta ton. Di Papua Barat, ada beberapa produsen gas. Kami sudah berdiskusi dengan salah satunya dan tidak terlepas kemungkinan suatu ketika kami akan kembangkan lagi dan mengambil gas dari produsen lain. Dan yang paling penting, kalau mengikuti perjalanan Pak Jokowi selama empat hari di Papua dan Papua Barat, beliau menyampaikan ternyata Papua Barat itu bisa menjadi lumbung pangan untuk wilayah timur. Untuk menumbuhkan sektor pertanian di sana, produksi pupuknya harus diperkuat. Jadi, ini in line dengan grand design pemerintah.
Seperti apa rencana pendanaannya?
Kami sedang merancang optimum financing scenario. Itu macam-macam caranya. Bisa utang bank, bisa obligasi, atau yang lain. Dari sisi ekuitas pun bisa macam-macam. Kami bisa minta tambahan setoran modal dari pemegang saham atau fund raising dari sisi ekuitas, misalnya IPO (initial public offering). Itu salah satu opsi yang kami pertimbangkan.
Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (Persero), Rahmad Pribadi. Dok. Pupuk Kalimantan Timur
Untuk opsi IPO, bagaimana pertimbangannya?
Kami sedang melakukan persiapan. Walaupun itu kita tidak bisa mengatakan opsi yang sudah diputuskan, memang ada dorongan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara pada kami untuk melakukan IPO. Barangkali melihat size-nya Pupuk Kaltim dan juga program pengembangan kami pasti akan membutuhkan ekuitas. Dengan IPO, governance-nya akan lebih bagus.
Apa saja yang sudah berjalan?
Kami melakukan assessment internal. Apa yang harus kami penuhi untuk menjadi perusahaan publik. Sambil itu berjalan, kam berbicara dengan calon investor untuk mendapatkan feedback. Dinamika bisnis kami harus disinkronkan dengan yang ada di capital market.
Dengan penambahan produksi, porsi ekspor akan ditambah?
Kemungkinan besar akan demikian. Beberapa hari lalu, Bapak Menteri BUMN menyampaikan harapan agar Pupuk Kaltim bisa merambah sektor nonsubsidi. Ini sudah kami respons di semester I lalu dengan pendapatan dari sektor nonsubsidi 80 persen. Sampai kuartal III, porsi dari nonsubsidi sudah 85 persen. Kami melihat ekspor potensinya masih besar. Beberapa perusahaan di Cina dan Eropa tutup pabrik karena mereka tidak sanggup lagi berkompetisi dengan kami yang ada di Asia ini. Artinya, akan ada penurunan suplai, akan terjadi ketidakseimbangan dalam produk pupuk urea ini. Itu sudah terlihat, harga pupuk urea terus meningkat dari waktu ke waktu.
Bagaimana dengan pasar domestik?
Kami tidak bisa menafikan pangsa pasar domestik. Kontribusi sektor pertanian pada produk domestik bruto 2020 13,5 persen. Sampai kuartal II 2021, kontribusinya naik 14,3 persen. Itu artinya sektor pertanian di Indonesia tumbuh. Kalau sektor pertanian tumbuh, sudah pasti pupuknya tumbuh. Tapi, bayangan saya, ekspor akan tumbuh lebih besar dibanding domestik. Ini karena kami berada dalam ekosistem holding Pupuk Indonesia yang memiliki sister company di daerah-daerah pertanian.
Selain menambah kapasitas produksi, apa target jangka panjang lainnya?
Kami akan membangun industri baru yang berbasis renewable resources. Kita tahu banyak sumber daya di Indonesia yang bisa dijadikan sebagai bahan kimia berbasis renewable resources. Misalnya kelapa sawit. Di Indonesia, luas kebun kelapa sawit itu 14,5 juta hektare, tapi kalau kita lihat industri hilirnya masih minim sekali. Nilai tambahnya bisa diteruskan karena bisa menjadi bahan baku kosmetik. Ini akan mengurangi ketergantungan perusahaan pada satu sumber bisnis.
Dengan merancang beragam lini bisnis, Anda yakin semuanya akan sehat?
Jika kita ingin tumbuh, harus mengukur diri. Tidak boleh over-expansion, terutama di sisi belanja modal, karena itu berbahaya. Kita harus juga melihat kompetensi internal perusahaan. Jangan pergi dari situ. Jika ada yang akan membebani pertumbuhan di masa depan, harus dibereskan sekarang. Kami, sambil merencanakan pertumbuhan, juga merapikan struktur bisnis. Ada beberapa perusahaan yang kami restrukturisasi. Ada yang dirawat, bahkan ada yang kami likuidasi. Tahun ini bersih-bersih, lah.
#Biodata
Nama lengkap: Rahmad Pribadi
Pendidikan:
S1 Akuntansi The University of Texas, Amerika Serikat (1992)
S2 Master in Public Administration Harvard University, Amerika Serikat (2013)
Karier
Auditor PT Caltex Pacific Indonesia (1993-1997)
Chief Operating Officer PT Bakrie and Brothers Tbk (1998-2000)
Chief Executive Officer PT Bakrie Niagatama (2000-2009)
Founder and Director Pasir Petroleum Resources Ltd (2009-2016)
Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PT Petrokimia Gresik (2016-2017)
Direktur Utama PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (2017-2018)
Direktur Utama PT Petrokimia Gresik (2018-2020)
Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (2020)
Pengalaman Organisasi
Ketua Departemen Pengembangan Perdagangan Luar Negeri, Kadin Indonesia (1998-2003)
Wakil Ketua Umum Asosiasi Niaga Pupuk Indonesia (2000-2004)
Ketua Hubungan Bilateral Indonesia-Aljazair, Kadin Indonesia (2003–2010)
Bendahara Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (2005-2008)
Ketua Lembaga Persahabatan Indonesia-Libya (2005-2010)
Ketua Alumni Indonesia Eisenhower Fellowships (2011-2014)
Wakil Ketua Komite Tetap Industri Hilir Migas, Kadin Indonesia (2015–2020)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo