JAKARTA – Direksi Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) mulai memetakan proyek infrastruktur yang bisa ditawarkan kepada investor asing. Direktur Utama LPI, Ridha Wirakusumah, menyebutkan potensi investasi mencapai US$ 9,5 miliar atau sekitar Rp 133 triliun dari berbagai proyek. "Kami akan memastikan proyek-proyek itu bisa membawa good returns untuk LPI dan mitra investor,” kata dia, kemarin.
Ridha tidak merinci daftar proyek yang akan ditawarkan kepada investor karena masih akan berkonsultasi dengan Dewan Pengawas LPI yang dipimpin Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Manajemen LPI, kata dia, juga harus berkomunikasi dengan berbagai lembaga untuk membahas aset infrastruktur yang akan dikembangkan.
Meski begitu, kata Ridha, proyek jalan tol paling berpotensi untuk ditawarkan kepada investor. Proyek ini dianggap memiliki efek domino tinggi bagi perekonomian di wilayah sekitarnya. Nilai pembiayaannya pun tergolong tinggi, sehingga cocok untuk modal asing. "Infrastruktur, kan, banyak sekali. Harus dipilah lagi. Kami sekarang akan berkonsentrasi pada jalan tol," ucap Ridha.
Aerial proyek pembangunan Tol Becakayu (Bekasi, Cawang dan Kampung Melayu) seksi II-A di Kalimalang, Bekasi, Jawa Barat, 7 September 2020. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Sejumlah proyek jalan tol digadang-gadang bakal menjadi aset investasi LPI. Proyek itu, antara lain, adalah jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi sepanjang 54 kilometer yang konsesinya mencapai 45 tahun. Ada juga ruas jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu sepanjang 16,02 km dan jalan tol Pemalang-Batang sepanjang 39,2 km dengan konsesi 40 tahun.
LPI membidik sejumlah investor potensial, seperti Abu Dhabi Investment Authority dari Uni Emirat Arab, US International Development Finance Corporation dari Amerika Serikat, serta SoftBank Group asal Jepang.
Menteri Sri Mulyani mengatakan pemerintah sudah menyuntikkan modal awal Rp 15 triliun pada 2020 dan nilai yang sama pada tahun ini. "LPI tidak akan bicara rencana investasi dalam bentuk abstrak, melainkan sudah masuk ke eksekusi,” ujarnya. Sisa kebutuhan modal Rp 45 triliun dikucurkan dalam bentuk saham inbreng atau aset non-tunai, seperti tanah atau bangunan.
Pembanguanan jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) di Kalimalang, Jakarta, 2018. TEMPO/Tony Hartawan
Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya (Persero), Muhammad Fauzan, mengatakan sudah menanti kolaborasi dengan LPI yang memiliki kapasitas keuangan besar. Dia mengakui konstruksi jaringan jalan tol Trans Sumatera masih membutuhkan modal dengan skema alternatif.
Dia optimistis megaproyek itu akan dilirik mitra investor LPI. "Kami mengoperasikan dua ruas jalan tol di Jakarta dan tujuh ruas jalan tol di Sumatera dengan internal rate return (IRR) yang positif dan volume lalu lintas harian cukup baik,” ucapnya. “Aset ini menarik ditawarkan kepada LPI.”
Sekretaris Jenderal Asosiasi Jalan Tol Indonesia, Krist Ade Sudiyono, mengatakan terdapat beberapa model kolaborasi lembaga investasi dengan pengelola jalan bebas hambatan. Menurut dia, badan usaha jalan tol kompeten menjadi mitra operasi aset bagi investor LPI. "Tapi kami juga bisa bekerja sama sebagai partner investasi, untuk masuk ke aset infrastruktur lainnya,” katanya.
CAESAR AKBAR | DEWI NURITA | YOHANES PASKALIS