JAKARTA – Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog Budi Waseso menyampaikan bahwa jumlah cadangan beras pemerintah (CBP) saat ini sebesar 950 ribu ton. Meski volume tersebut di bawah batas yang ditetapkan pemerintah sebesar 1-1,5 juta ton, ia menjamin cadangan aman untuk kebutuhan penugasan pemerintah.
Menurut Budi, berdasarkan hasil evaluasi selama dua tahun terakhir, jumlah cadangan beras yang diperlukan hanya 800 ribu ton per tahun. "Itu cukup untuk tiga kegiatan, yakni operasi pasar, bantuan bencana alam, dan bantuan sosial," kata dia, kemarin.
Berdasarkan perhitungan dan evaluasi stok Bulog serta kebutuhan untuk cadangan beras, Budi yakin tahun ini impor beras tak diperlukan. Alasannya, selain cadangan cukup, pada Maret, April, dan Mei mendatang, petani akan memasuki masa panen raya.
Budi memastikan Bulog akan terus menyerap gabah dan beras petani. Tahun ini Bulog menargetkan penyerapan cadangan beras sebesar 1,45 juta ton. Selain itu, Bulog akan terus melakukan pengadaan beras komersial yang dapat diperdagangkan. "Kami akan serap gabah sebanyak mungkin untuk beras komersial," katanya.
Penjualan beras eceran di Pasar Manggarai, Jakarta, 22 Desember 2020. Tempo/Tony Hartawan
Upaya menggenjot komersialisasi ini didasari kekuatan stok penyangga beras Bulog sebesar 3 juta ton untuk kepentingan kekuatan pangan negara. Dari keseluruhan yang disiapkan itu, hanya 20 persen yang menjadi cadangan beras pemerintah. "Bulog menyerap sebanyak mungkin produksi beras dalam negeri, termasuk periode panen raya pada Maret mendatang," tutur Budi.
Saat ini, Bulog tengah membangun 13 fasilitas pascapanen atau modern rice milling plant (MRMP) di sejumlah wilayah agar bisa memproduksi beras secara mandiri. Setiap unit pascapanen akan terdiri atas pengering dengan kapasitas 120 ton per hari, penggilingan 6 ton per hari, dan tiga gudang silo masing-masing berkapasitas 2.000 ton.
Dana yang digunakan dalam pembangunan 13 MRMP itu bersumber dari penyertaan modal negara kepada Bulog sebesar Rp 2 triliun. Modal tersebut sudah diberikan pada 2016 dan ditargetkan selesai digunakan pada 2018.
Adapun 13 fasilitas pascapanen itu berlokasi di Bojonegoro, Magetan, Jember, Banyuwangi, Sragen, Grobogan, Kendal, Bandar Lampung, Sumbawa, Luwu Utara, Karawang, Subang, dan Cirebon. "Saya berusaha pada tahun ini sudah terbangun semua. Untuk sementara, kami banyak menyerap dalam bentuk beras," ujar Budi.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, menjamin pasokan beras aman menjelang Ramadan dan Lebaran, bahkan hingga akhir tahun. Belum lagi, kata Suwandi, musim panen segera masuk pada Maret mendatang. "Ketersediaan lebih dari cukup dan kebutuhan konsumsi beras bulanan sekitar 2,5 juta ton per bulan dapat dipenuhi," ujarnya.
Petani memanggul jerami saat panen padi di Sumedang, Jawa Barat, 13 Desember 2020. TEMPO/Prima Mulia
Juru bicara Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri, menimpali, Kementerian memperkirakan ketersediaan pasokan beras di masyarakat mencapai 25,6 juta ton hingga Mei mendatang. Adapun kebutuhannya hanya 12,3 juta ton. "Meski stok beras di gudang Bulog hanya 950 ribu ton, kami masih ada stok di masyarakat yang sangat besar sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS)," kata dia.
Stok beras tersebut tersebar di rumah tangga (produsen padi dan konsumen), pedagang, penggilingan, serta hotel dan restoran katering sebanyak 6 juta ton. Berdasarkan Kerangka Sampel Area BPS, stok beras kumulatif 2018-2020 sebesar 8,6 juta ton.
LARISSA HUDA