JAKARTA – Pusat bimbingan belajar pernah populer sebagai pelengkap pelajaran di luar sekolah. Tapi popularitasnya makin turun seiring dengan semakin tingginya biaya yang harus dikeluarkan para orang tua siswa. Kini para siswa ramai-ramai menjajal pendampingan belajar lewat media dalam jaringan (daring) alias online. Transisi itu kemudian ditangkap sebagai peluang oleh Marc Irawan dan Abhay Saboo dalam mengembangkan platform CoLearn.
“Aplikasi kami membuat pengajaran dan pembelajaran lebih mudah dengan menawarkan kelas online serta pekerjaan rumah dan bantuan ujian,” kata Co-Founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) CoLearn, Abhay Saboo, seperti dikutip dari situs web KrASIA.
Pengguna dan frekuensi lalu lintas aplikasi berbasis pendidikan meningkat secara siginifikan. Keyakinan Saboo dan Irawan makin tinggi karena Indonesia merupakan negara terpadat keempat di dunia. Tapi siswa-siswanya secara konsisten menempati peringkat 10 persen terbawah dalam tes benchmark global. Kondisi itu sejalan dengan fakta bahwa kurang dari 15 persen orang tua di Indonesia yang menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi.
“Dengan CoLearn, anak dapat mengakses tutor dan materi dengan nyaman di rumah sesuai dengan jadwal mereka sendiri. Selain itu, anak tidak perlu bepergian,” ujar Saboo.
Dengan minat yang selaras, Saboo meminta Irawan membantu mengembangkan konten pengkodean dan kurikulum untuk pusat bimbingan belajar yang ingin dia buka. Tak berselang lama, Saboo akhirnya menyerah pada gagasan itu di tengah perjalanannya menuju Jakarta. Dia berpikir untuk mengembangkan pendampingan belajar berbasis daring. Ide itu kemudian disambut baik oleh Irawan dengan mengembangkan CoLearn.
Pada tahap awal, CoLearn mulai bermitra dengan pusat bimbingan belajar dan menyediakan fungsionalitas online interaktif, misalnya infrastruktur yang diperlukan untuk kelas video. Tapi Saboo mengamati bahwa sebagian besar siswa tidak sepenuhnya terlibat dalam pembelajaran lewat video. Konten yang ada tidak memberikan pengaruh secara fisik.
Tidak seperti platform lain yang mengandalkan tutorial video yang sudah jadi dan kuis online, CoLearn menerapkan pembelajaran online dan offline sekaligus. Dengan cara tersebut, paltform dapat memberikan kebutuhan setiap siswa yang sesuai dan metode pembelajaran yang disukai.
“Misalnya, beberapa guru dengan keahlian dan pengalaman yang lebih banyak dapat mengajar kelompok yang lebih besar, atau beberapa siswa mungkin lebih nyaman belajar dalam kelompok kecil,” kata Saboo.
Aplikasi CoLearn yang diluncurkan pada Januari 2020 juga menghadirkan platform latihan dengan kuis, memberi siswa ruang untuk belajar secara mandiri, dengan kecepatan yang bisa mereka sesuaikan sendiri. Menurut Saboo, setiap materi dilengkapi dengan penjelasan dan penyelesaian untuk setiap masalah. CoLearn juga memiliki fitur yang membantu tutor mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kekuatan dan kelemahan setiap siswa. Selain itu, kata Saboo, ada video tutorial serta kelas streaming langsung.
Ketika basis penggunanya tumbuh, CoLearn membuka platform untuk instruktur yang tidak terkait dengan pusat bimbingan belajar. Hanya dalam waktu lima bulan, ujar Saboo, perusahaan telah merekrut 200 guru, dengan 3.000 pengguna siswa dan 65 mitra pusat bimbingan yang menawarkan pelajaran untuk semua mata pelajaran.
“Sebagian besar pengguna CoLearn adalah siswa sekolah dasar dan sekolah menengah. Kemitraan CoLearn dengan pusat bimbingan belajar ini membuat CoLearn lebih menonjol dibanding bisnis teknologi pendidikan lainnya,” tutur Saboo.
Menurut Co-Founder dan Chief Operating System Officer CoLearn, Marc Irawan, berhentinya aktivitas tatap muka di sekolah akibat pandemi Covid-19 membuat aplikasi teknologi pendidikan menjadi sangat penting. CoLearn mencatat angka streaming langsung pada platformnya naik 20 kali.
Irawan berharap akan lebih banyak orang yang mendaftar dan masuk dalam beberapa bulan mendatang. “Kami ingin menjadi salah satu pilihan favorit Indonesia bagi siswa dalam enam hingga 12 bulan ke depan,” kata dia. Adapun CoLearn merupakan anggota kelompok ketiga dari program akselerator Sequoia India, Surge.
Dalam jangka panjang, Irawan juga ingin melihat siswa yang menggunakan CoLearn bisa mencapai di atas 50 persen dari tes benchmark Programme for International Student Assessment (PISA), sehingga mereka bisa bersaing di tingkat global.
Selain mengembangkan CoLearn, ujar Irawan, langkah yang menjadi prioritas saat ini adalah menyiapkan diri untuk menghadapi situasi dunia pasca-Covid 19. “Sehingga kami dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan daya tarik begitu pembatasan saat ini mulai mereda,” kata Irawan.
KrASIA | LARISSA HUDA
Profil
Nama : CoLearn
Berdiri : Januari 2020
Sektor : teknologi pendidikan
Pendiri : Marc Irawan and Abhay Saboo
Pendanaan : Surge, program akselerator dari Sequoia India
Alamat : CoLearn HQ, GoWork @Pacific Place Lt 1, Jalan Sudirman Kav 52-53 Senayan, Jakarta Selatan
Situs web : CoLearn.id
Artikel ini merupakan kerja sama antara Tempo dan KrASIA.