JAKARTA — Target penawaran umum saham perdana (IPO) oleh emiten-emiten pada semester II tahun ini berpotensi tertunda. Analis PT Trust Securities, Reza Priyambada, mengatakan kondisi itu akibat terus merosotnya nilai indeks harga saham gabungan seiring dengan suramnya bursa regional.
"Keputusan untuk menunda atau tetap melanjutkan target IPO balik ke emiten tersebut," katanya ketika dihubungi kemarin.
Menurut dia, tren valuasi harga saham emiten saat ini jauh di bawah dari angka yang ditargetkan. Harapan sentimen positif di semester II adalah dirilisnya laporan keuangan semester I.
Kepala Riset Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, pada pembukaan perdagangan awal pekan ini, indeks saham sempat menguat karena pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak. Namun faktor yang mempengaruhi indeks saham beragam.
Menurut dia, perkembangan ekonomi dan kebijakan soal likuiditas juga mempengaruhi indeks saham. Maka sulit untuk memperkirakan kapan indeks saham akan kembali menguat dan kembali ke level 5.000 seperti beberapa waktu lalu.
Pada perdagangan Selasa, indeks saham dibuka di level 4.440. Adapun pada penutupan perdagangan Senin, indeks saham ditutup di level 4.429 atau level terendah sejak 5 Februari 2013.
Meski begitu, Rudiyanto memperkirakan target IPO emiten-emiten di semester II akan tetap dilaksanakan. "Kalau memang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari tetap bisa terlaksana," ujarnya.
Tahun ini Bursa Efek menargetkan nilai IPO emiten-emiten sebesar Rp US$ 4,1 miliar atau sekitar Rp 40,7 triliun. Kantor Berita Reuters kemarin melaporkan ketidakpastian kondisi pasar membuat investor cemas. Selain itu, target nilai IPO US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 15,8 triliun pada semester II tampak suram.
PT Bank Muamalat memutuskan menunda pelaksanaan IPO dengan target dana senilai US$ 177 juta atau sekitar Rp 1,7 triliun mempertimbangkan penurunan harga saham saat ini. Padahal sebelumnya Muamalat sudah menunjuk Credit Suisse dan Deutsche Bank sebagai penasihat setelah road show yang dilakukan perseroan gagal mengundang minat investor.
PT Saratoga Investama Sedaya juga memangkas harga saham perdananya. Awalnya harga saham ditawarkan Rp 6.100-7.800 per lembar, kemudian dipangkas menjadi Rp 5.500-5.600 per lembar. Berdasarkan kalkulasi Reuters, angka itu setara dengan 19-20 persen diskon atas nilai aset.
Meski begitu, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia Hoesen memperkirakan prospek indeks saham akan positif di tengah gejolak ekonomi global. Sebab, sentimen negatif di pasar global dan regional masih bisa ditutupi sentimen positif dari dalam negeri.
Tahun ini Bursa Efek menargetkan 30 emiten mencatatkan saham baru serta 55 emiten melakukan pencatatan tambahan (rights issue dan saham bonus). Kemudian 50 emisi obligasi korporasi dan 60 seri obligasi negara. Hingga Juni, ada 14 emiten yang melantai di bursa. GUSTIDHA BUDIARTHIE | RIRIN AGUSTIA | RIZKI PUSPITA SARI | ANANDA PUTRI | ABDUL MALIK