Baluembidi
Baluembidi
Putra Hidayatullah
KETIKA bayangan meninggi di tanah, kami masih berjalan sambil menendang-nendang kerikil. Dek Gam merangkul sepotong bambu kering sebesar ibu jari. Celana pendeknya melorot ke bawah, membuat belahan pantatnya kelihatan. Matanya nyaris tak berkedip.
Baluembidi
Putra Hidayatullah
KETIKA bayangan meninggi di tanah, kami masih berjalan sambil menendang-nendang kerikil. Dek Gam merangkul sepotong bambu kering sebesar ibu jari. Celana pendeknya melorot ke bawah, membuat belahan pantatnya kelihatan. Matanya nyaris tak berkedip.
"Jangan tendang lagi, Banta. Kau membuat mereka ketakutan. Mereka ada di sini." Dek Gam berjongkok dan menggeser sebuah batu sebesar kepala bayi. Seekor lipan hitam melarikan di
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini