Wajah Cinta Pertama
Amalia Achmad
CINTA pertama begitu samar-samar baginya.
Dia duduk dengan buku sketsa bersampul warna hitam di pangkuan. Buku itu terbuka menunjukkan kertas kosong. Tangan kanannya memegang sebatang pensil yang cermat diraut hingga tebal goresan grafit akan sesuai kehendaknya: tidak terlalu tebal dan tidak terlalu halus. Teh panas di cangkir dengan tangkai berukir sulur daun mengepulkan asap. Sementara ruangan itu mewangi bunga lavender.
Semua harus sesempurna keinginannya, sebab ia sedang membayangkan wajah cinta pertama.
Amalia Achmad
CINTA pertama begitu samar-samar baginya.
Dia duduk dengan buku sketsa bersampul warna hitam di pangkuan. Buku itu terbuka menunjukkan kertas kosong. Tangan kanannya memegang sebatang pensil yang cermat diraut hingga tebal goresan grafit akan sesuai kehendaknya: tidak terlalu tebal dan tidak terlalu halus. Teh panas di cangkir dengan tangkai berukir sulur daun mengepulkan asap. Sementara ruangan itu mewangi bunga lavender.
Semua
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini