"Nessun Dorma"
Anton Kurnia
SEPERTI yang kerap terjadi, aku terbangun tiba-tiba di tengah tidur yang tak terlalu nyenyak. Kubuka mata dengan enggan. Kugeliatkan badan. Bangun atau tidur lagi? Separuh mengantuk, dengan kepala agak berat kucoba mengingat mimpi semalam. Kosong. Entah aku bermimpi, entah tidak.
Kamar itu temaram. Hanya satu lampu dekat kamar mandi yang dinyalakan. Tirai tebal tertutup rapat sehingga cahaya dari luar jendela kaca tak tampak. Namun televisi layar datar 32 inci yang dipasang di dinding tepat di depan ranjang masih menyala. Suaranya lirih, nyaris tak terdengar. Di sampingku sesosok tubuh terlelap memunggungi, separuh terbalut selimut. Rambutnya mengurai di atas bantal putih lembut.
Anton Kurnia
SEPERTI yang kerap terjadi, aku terbangun tiba-tiba di tengah tidur yang tak terlalu nyenyak. Kubuka mata dengan enggan. Kugeliatkan badan. Bangun atau tidur lagi? Separuh mengantuk, dengan kepala agak berat kucoba mengingat mimpi semalam. Kosong. Entah aku bermimpi, entah tidak.
Kamar itu temaram. Hanya satu lampu dekat kamar mandi yang dinyalakan. Tirai tebal tertutup rapat sehingga cahaya dari luar jendela kaca tak tampak. Namun
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini