Surat buat Tubuh yang Terlupakan
Tiga lampu sorot bergantian menyemproti panggung kosong yang pekat. Gerakannya cepat mengikuti irama musik yang mengentak. Dari balik layar, tujuh lelaki kurus berkepala plontos, yang cuma mengenakan celana pendek, berjalan berbaris. Kaki, tangan, dan kepala mereka terus bergerak. Bebas, lepas, dalam gerakan tak seragam. Kadang tenang, lentur, dan meliuk lemah gemulai. Tak jarang kaku, kejang, dan patah-patah.
Mereka berjalan, berlari, melompat,
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini