Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Hujan dan matahari silih berganti tak menghalangi warga Inggris memberikan penghormatan kepada Ratu Elizabeth II.
Operation London Bridge dimulai.
Ratu dengan modernisasi dan peletak dasar dinasti Windsor.
JAKARTA – Jane Thompson berdiri diam menatap kerumunan orang di depan Istana Buckingham, London, Inggris, kemarin. Penghuni utama bangunan megah tersebut, Ratu Elizabeth II, sudah tiada. Jane menyebutnya sebagai "ibu negeri". Bukan hanya ratu sebuah kerajaan, yang bisa ditelusuri keberadaannya sebelum abad pertengahan.
Sekalipun jasad mendiang Ratu Elizabeth II masih disemayamkan di Puri Balmoral, tempat ia menutup mata, terpisahkan sejauh jarak Jakarta-Surabaya dari Istana Buckingham, Jane datang untuk menyampaikan rasa hormatnya. Antrean mereka yang ingin meletakkan karangan bunga mengular panjang.
Hujan dan matahari yang silih berganti sejak kemarin siang tak menghalangi penghormatan mereka kepada sang Ratu yang telah bertakhta sejak 1952 tersebut. Susan Clover, seorang nenek empat cucu yang hadir di sana, mengaku tak pernah lupa saat orang tuanya khusus membeli televisi untuk menyaksikan siaran hitam-putih penobatan Elizabeth II pada 1953. "Ratu adalah bagian dari kehidupan kami. Ia akan selalu berada di hati kami," kata Susan.
Ungkapan belasungkawa atas wafatnya Ratu Elizabeth II di depan Istana Buckingham, London, 8 September 2022. REUTERS/Toby Melville
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Jumat, 9 September 2022, suasana di sekitar Istana Buckingham dipenuhi orang. Sulit dibedakan apakah kerumunan orang-orang ini penduduk lokal atau turis. Banyak di antara mereka melakukan swafoto dan mengambil gambar dengan telepon seluler. Juga terlihat banyak wartawan dengan berbagai perlengkapan, seperti kamera besar.
Ada yang sedang melaporkan langsung dan ada juga yang berkeliaran mencari obyek foto, seperti barisan pasukan berkuda dengan seragam merah menyalanya lewat membelah pengunjung. Sejumlah warga, kemungkinan besar turis, juga tampak berfoto atau berswafoto dengan polisi Inggris yang mengenakan topi tinggi khas bobby.
Walau cuaca mendung dan kadang-kadang turun gerimis, suasana di sekitar istana lebih terkesan sebagai kumpulan manusia yang penasaran. Mungkin juga karena wafatnya Ratu berusia 96 tahun ini sudah diperkirakan dan rencana upacara pemakaman memang sudah dipersiapkan.
Selain itu, masyarakat Inggris memang dikenal berbudaya tenang alias memilih menyembunyikan emosinya. Suasana duka lebih terlihat dari semua bendera Inggris yang berkibar setengah tiang. Dunia pemberitaan ataupun jagat media sosial juga didominasi oleh berita seputar wafatnya Ratu Elizabeth II.
Aksi belasungkawa atas wafatnya Ratu Elizabeth II di depan Istana Buckingham, London, Inggris, 8 September 2022. TEMPO/Bambang Harymurti
Operation London Bridge
Ratu Elizabeth II meninggal di usia 96 tahun pada pukul 18.30 waktu setempat, 8 September 2022, di Puri Balmoral, Skotlandia. Istana Buckingham, yang berjarak sekitar 500 mil dari Kastil Balmoral, mengumumkan bahwa Ratu Elizabeth II pergi dalam keadaan damai setelah pada hari yang sama ia diketahui berada dalam pengawasan tenaga medis karena kondisi kesehatannya.
Merujuk pada dokumen rencana pemakaman yang dikenal dengan Operation London Bridge, Inggris akan berkabung setidaknya selama 10 hari. Rencana upacara pemakaman Ratu ini sudah dipersiapkan bahkan ketika ia masih sehat. Isinya mengatur beberapa hal, dari suksesi raja baru hingga periode berkabung nasional, pemakaman, dan penobatan putra sulungnya, Raja Charles III.
Dirangkum dari beberapa situs web kantor berita asing, operasi pemakaman tersebut awalnya dibuat pada 1960-an dan melibatkan sejumlah departemen pemerintah serta gereja, polisi metropolitan, angkatan bersenjata, media, dan transportasi di London.
Nama sandi untuk kematian seorang bangsawan bukanlah hal baru. Kematian ayah Ratu, Raja George VI, pada 1952, beroperasi dengan kode "Hyde Park Corner". Kematian Ibu Suri, istri Raja George VI serta ibu dari Ratu Elizabeth II dan Putri Margaret pada 2002, disebut "Operation Tay Bridge". Sedangkan "Operation Forth Bridge" mengacu pada kematian suami Ratu, Pangeran Philip, Duke of Edinburgh, yang meninggal pada 2021.
Operation London Bridge, dari sejumlah keterangan yang tersebar pada Jumat, 3 September 2021, berisi langkah-langkah yang akan dilakukan beberapa jam dan hari-hari setelah kematian Ratu Elizabeth II. Detail soal prosedur pemakaman jika Ratu Elizabeth II meninggal diberi kode "Operation London Bridge".
Rencananya, Ratu Elizabeth II dimakamkan 10 hari setelah dia wafat. Peti jenazah mendiang disemayamkan selama tiga hari di gedung parlemen. Otoritas setempat akan melakukan langkah-langkah antisipasi apabila ratusan ribu orang berbondong-bondong memenuhi Kota London dari berbagai penjuru. Operasi keamanan yang cepat pun sudah disusun untuk mengatur massa yang berkerumun dan mengantisipasi lalu lintas menjelang pemakaman Ratu Elizabeth II.
Politico mewartakan akan ada ibadah di Gereja Katedral St. Paul. Lalu Raja Charles III akan melakukan kunjungan ke empat negara bagian di Inggris beberapa hari setelah Ratu Elizabeth II meninggal. Perdana Menteri Inggris dan anggota keluarga kerajaan sepakat akan memberlakukan hari berkabung nasional selama satu hari. Hari berkabung itu bisa saja menjadi hari libur nasional, tapi belum digambarkan lebih detail.
Aksi belasungkawa atas wafatnya Ratu Elizabeth II di depan Istana Buckingham, London, Inggris, 8 September 2022. TEMPO/Bambang Harymurti
Fondasi Dinasti Windsor
Elizabeth II bertakhta selama 70 tahun setelah menggantikan ayahnya, George VI, yang meninggal pada 1952. Takhta yang ia pegang sejak usia 26 tahun itu terhitung yang paling lama dibanding raja dan ratu sebelumnya di sistem monarki Britania. Selama bertakhta, sudah ada 15 perdana menteri yang didapuk dan menjabat di Inggris.
Pada masa kekuasaannya, Elizabeth II telah membawa kerajaan beradaptasi dengan dunia modern. Ia membuka stigma kerajaan yang sarat konservatisme dan tertutup menjadi lebih terbuka dan mudah diakses. Wanita kelahiran 21 April 1926 itu juga menjadi simbol stabilitas di tengah sulitnya mempertahankan kerjaan di tatanan dunia baru dan berbagai masalah keluarga kerajaan.
Elizabeth II juga menjadi simbol bagi Britania. Meski begitu, sosoknya secara personal juga seakan-akan menjadi enigma. Ia tak pernah memberikan keterangan lewat wawancara dan sangat jarang menunjukkan emosi atau menyampaikan pendapat di depan publik. Elizabeth II merupakan seorang wanita yang meski banyak dikenali orang, di sisi lain juga tak dikenali orang.
"Saya pikir dia membawa hidup, energi, dan semangat ke pekerjaannya. Dia bisa membuat monarki dimodernisasi dan berkembang menjadi seperti yang belum pernah ada sebelumnya," kata Pangeran William, cucu Elizabeth II, dalam serial dokumenter TV pada 2012, seperti dikutip dari Reuters.
Pada awal bertakhta, Elizabeth II banyak bergantung pada lingkaran penasihat lama ayahnya. Namun secara perlahan ia membawa diplomat karier dan pebisnis ke lingkaran kerajaan demi memodernisasi monarki. "Dia cerdas, penyayang, dan berwawasan. Dia memiliki kebajikan khas dan tradisional yang bisa Anda kaitkan dengan orang Inggris," kata eks Perdana Menteri Inggris, John Major, dalam perayaan ulang tahun Elizabeth II ke-90 lalu, seperti dikutip dari Reuters.
Suasana aksi belasungkawa atas wafatnya Ratu Elizabeth II di depan Istana Buckingham, London, Inggris, 8 September 2022. TEMPO/Bambang Harymurti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kematian Elizabeth II tak hanya disesali generasi tua. Sebagian orang yang menyemut menunjukkan duka dengan menyimak siaran langsung kematian Ratu Elizabeth II dari ponsel mereka. Lainnya memakai latar belakang istana dan pelayat untuk membuat konten di media sosial mereka, tidak kalah aksi oleh para wartawan televisi. "Saya bukanlah pendukung kerajaan," kata Steven Smith. "Kendati demikian, saya juga merasa sedih. Ia (Ratu Elizabeth II) mewakili satu masa khusus bagi negeri ini. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi kelak."
Sesungguhnya mendiang Ratu telah meletakkan fondasi bagi kelangsungan hidup Dinasti Windsor. Dengan usia yang sudah mencapai 73 tahun, Raja Charles III, pewaris takhta kerajaan, tidak mempunyai banyak waktu. Apalagi gaya Raja Charles semasa menjadi putra mahkota sangat bertolak belakang dengan ibunya. Ia tidak segan mengutarakan pendapatnya di depan umum.
Aksi belasungkawa atas wafatnya Ratu Elizabeth II di depan Istana Buckingham, London, Inggris, 8 September 2022. TEMPO/Bambang Harymurti
Di mata sebagian rakyat, perceraian dengan istri pertamanya, Putri Diana Spencer, tidak mudah dilupakan. Pernikahan tersebut merupakan salah satu titik tonggak kelanggengan Dinasti Windsor, yang ditandai dengan kehadiran Pangeran William, Adipati Cambridge; dan Pangeran Harry, Adipati Sussex.
Seorang warga London, Horun Meah, mengatakan kematian Ratu Elizabeth II adalah kehilangan besar. Warga Inggris akan kesulitan menerima dan membiasakan diri dengan raja baru, Charles. "Ini akan membutuhkan waktu. Memiliki seorang ratu yang memerintah lebih dari separuh hidup kebanyakan orang tentunya akan membutuhkan waktu untuk membiasakan diri," kata Horun.
BAMBANG HARYMURTI (LONDON) | JAMES R. LAPIAN (LONDON) | REUTERS | NDTV | CNBC | ADYA NURUL (MAGANG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo