Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Fakta baru mengungkap dugaan keterlibatan anggota TNI dalam pembunuhan pendeta Yeremia Zanambani.
Empat anggota TNI sempat berpapasan dengan istri korban beberapa saat sebelum pembunuhan.
Sang pendeta sempat bersaksi bahwa yang menembak dirinya adalah orang yang sering meminta makan.
JAKARTA – Tim Kemanusiaan untuk Kasus Kekerasan terhadap Tokoh Agama di Kabupaten Intan Jaya mengungkapkan sejumlah fakta baru. Sebagian fakta menguatkan dugaan keterlibatan anggota TNI dalam pembunuhan pendeta Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII), Yeremia Zanambani.
Tim Kemanusiaan memperoleh fakta-fakta itu dari kesaksian sejumlah orang, termasuk istri Yeremia, Meriam Zoani Zanambani. Ketua Tim, Haris Azhar, mengungkapkan bahwa dua anggota TNI diduga terlibat langsung dalam pembunuhan Yeremia. "Informasinya mengerucut pada Alpius, anggota TNI yang ada di Komando Rayon Militer (Persiapan) Hitadipa," kata Haris saat memaparkan laporan timnya, kemarin. "Alpius ditemani satu orang lagi yang tak kami dapat namanya."
Bagi Yeremia dan keluarganya, Alpius bukanlah orang asing. Di kerap menyambangi rumah sang pendeta untuk mandi, makan, atau meminta air untuk kebun yang dikelolanya. “Alpius sudah dianggap seperti anak sendiri oleh pendeta dan istrinya,” kata Haris.
Meriam menemukan Yeremia sekarat di kandang babi pada 19 September lalu. Sang pendeta mengalami luka tembak di tangan kiri dan luka tusukan pada bagian belakang badan dan leher. Karena perdarahan hebat, sang pendeta akhirnya meninggal.
Tim Kemanusiaan menduga kematian Yeremia merupakan buntut dari konflik berkepanjangan antara TNI dan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Intan Jaya. Dua hari sebelum kematian Yeremia, terjadi aksi saling tembak di antara kedua pihak yang menewaskan seorang anggota TNI.
Menurut Haris, Meriam merupakan orang pertama yang mengetahui Yeremia menjadi korban penembakan. Sore hari itu, sebelum kematian Yeremia, Meriam lebih dulu pulang ke rumah dari kandang babi. Kandang babi tersebut berada di atas bukit, di seberang sungai yang tak jauh dari rumah Yeremia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam perjalanan kembali ke rumah, Meriam bertemu dengan empat anggota TNI. Seorang di antaranya adalah Alpius. Mereka bertanya kepada Meriam mengenai orang yang ditemui di sepanjang jalan. Meriam menjawab bahwa sepanjang hari ia hanya bersama suaminya di kandang babi.
Sampai cuaca mulai gelap, Yeremia tak kunjung pulang. Cemas, Meriam kembali ke kandang babi untuk mencari suaminya. Di situlah ia melihat tubuh Yeremia tengkurap berlumuran darah. Kakinya berada di pintu masuk dapur, yang bersebelahan dengan kandang babi. Adapun kepalanya mengarah ke dapur. Pada saat itu, Yeremia masih hidup. Kepada sang istri, Yeremia membisikkan identitas pelaku penembakan. "Orang yang kita kasih makan yang tembak dan tikam," kata Yeremia kepada Meriam, seperti dikutip oleh Haris.
Berdasarkan penelusuran Tim Kemanusiaan, setelah berpapasan dengan Meriam, keempat tentara itu menuju ke kandang babi tempat Yeremia berada. Dua di antara mereka berhenti di tengah jalan. Dua orang lainnya, salah satunya Alpius, langsung menuju kandang babi.
Begitu kedua orang itu sampai di kandang babi, mereka memerintah Yeremia agar mengangkat tangan. Pendeta itu membalas: "Saya adalah hamba Tuh" Setelah itu, tangan kiri Yeremia diduga dianiaya dan ditembak.
Fakta lain yang diperoleh Tim Kemanusiaan, pagi hari sebelum kematian Yeremia, TNI mengumpulkan warga setempat di lapangan depan kantor Koramil Hitadipa. Tentara meminta warga mengembalikan senjata yang dirampas oleh KKB dalam waktu dua hari. Bila senjata itu tak kembali, menurut kesaksian warga, TNI mengancam akan melakukan operasi penumpasan.
Siang harinya, Alpius juga mengumpulkan sejumlah warga di depan Gereja Imanuel 1. Pada kesempatan itu, Alpius mengumumkan enam nama yang menjadi musuhnya, termasuk pendeta Yeremia.
Temuan Tim Kemanusiaan ini lebih detail dari hasil investigasi yang diumumkan Tim Gabungan Pencari Fakta bentukan Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan. Pekan lalu, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. menyebutkan dua kemungkinan pelaku pembunuhan Yeremia: aparat atau pihak ketiga. "Informasi dan fakta-fakta yang didapatkan tim di lapangan menunjukkan dugaan keterlibatan oknum aparat, meskipun ada kemungkinan dilakukan pihak ketiga," kata Mahfud.
Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III TNI, Kolonel Gusti Nyoman Suriastawa, belum memastikan pelaku pembunuhan dengan alasan masih dalam tahap penyelidikan. “Bila terbukti terdapat anggota TNI yang terlibat, akan diproses sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku,” ujarnya.
EGI ADYATAMA | MAYA AYU PUSPITASARI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo