Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bertahan setelah Tertendang dari Tanah Abang

Hercules disebut masih memiliki jaringan di kelompok-kelompok preman baru.

26 Juni 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Terdakwa Hercules Rosario Marshal usai menjani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, 8 Mei 2014. DOK.TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Beberapa kelompok preman baru masih dikendalikan tokoh lama, termasuk Hercules.

  • Kelompok preman Hercules sudah merekrut pemuda dari luar Timor Timur.

  • Hercules mengklaim telah bertobat dan keluar dari bisnis premanisme.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Premanisme di Ibu Kota masih dikendalikan tokoh-tokoh lama. Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya mendapati kelompok-kelompok baru yang terhubung dengan sejumlah nama besar, salah satunya Rosario Marshal alias Hercules.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Hanya, kalau ditangkap, mereka tak mau mengaku,” kata seorang perwira kepolisian yang terlibat dalam penangkapan terakhir Hercules kepada Tempo, kemarin. Kelompok preman yang dulunya beranggotakan pemuda asal Timor Timur—sekarang bernama Timor Leste—ini juga telah melebarkan sayap dengan berafiliasi dengan kelompok dari suku lain.

Menurut dia, Hercules adalah orang kuat dalam dunia premanisme, khususnya di bisnis pengamanan lahan dan lahan bersengketa. Berdasarkan catatan kepolisian, mantan anggota Tenaga Bantuan Operasi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tersebut terlibat dalam beberapa konflik dan tindak kekerasan akibat perebutan bidang tanah.

Bisnis pengamanan lahan juga menjadi “ladang basah” para preman, kata dia, karena besarnya komisi proyek tersebut. “Terakhir kami tangkap juga soal lahan. Dari 99 anak buah (Hercules) yang turut ditangkap, banyak juga yang orang Betawi asli,” kata perwira tersebut.

Kami belum mendapat konfirmasi perihal dugaan pengaruh Hercules di kelompok preman di Ibu Kota. Namun, dalam catatan sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada Maret tahun lalu, Hercules menyampaikan pleidoi kepada majelis hakim yang menyatakan bantahan atas keterlibatannya dalam tindak premanisme. “Dhuafa tak berhenti datang ke rumah saya. Bisa cek. Saya juga nasabah bank terbaik. Semua uang saya halal. Tak ada yang dari kriminalitas, premanisme, nodong, atau meras orang lain. Enggak ada,” kata Hercules.

Dalam kasus tersebut, jaksa mendakwa Hercules dan puluhan anak buahnya menduduki secara paksa lahan PT Nila Alam di Kalideres, Jakarta Barat, sejak pertengahan 2018. Jaksa menilai Hercules mendapat bayaran dari pihak berkonflik untuk menguasai lahan sengketa tersebut. Atas alasan ini, Korps Adhyaksa menuntut kelompok Hercules hukuman 3 tahun penjara.

Hercules merangkak dari Tanah Abang, Jakarta Pusat. Anak petani di Dili itu datang ke Jakarta sekitar 1987 sebagai bagian dari kampanye penerimaan Indonesia terhadap masyarakat Timor Timur. Alih-alih bekerja di pabrik elektronik, dia menjajakan rokok di Tanah Abang. Di sentra tekstil terbesar di Asia Tenggara itu, dia kerap menjadi sasaran pemalakan preman. Namun, seperti ditulis di Politik Jatah Preman karya Ian Douglas Wilson terbitan 2015, Hercules melawan. "Pergi mandi pun saya bawa pedang karena musuh bisa menyerang kapan saja," katanya kepada Wilson.

Seiring waktu, nama Hercules semakin santer. Pada 1993, anggota gengnya yang kebanyakan berisi pemuda Timor Timur ditaksir berjumlah 400 orang. Setahun kemudian, mereka merebut kendali Kelurahan Jatibunder, Tanah Abang, dari dominasi kelompok Betawi dan Madura. Walhasil, setoran pedagang di gedung pasar utama plus pelacuran di Bongkaran, dekat stasiun, mereka kuasai.

Hercules bertahan di Tanah Abang hingga 1997. Disaksikan pasukan Komando Daerah Militer Jakarta Raya, kelompok Betawi di bawah pimpinan Muhammad Yusuf Muhi alias Ucu Kambing menyingkirkan mereka lewat bentrokan berdarah yang menewaskan empat anggota geng Timor. Sempat menyepi di kampung halaman istrinya di Indramayu, Hercules tetap eksis. “Dia tetap menjalankan usaha keamanan,” kata Kolonel (purnawirawan) Gatot Purwanto, yang merekrut Hercules di Timor Timur, kepada Tempo, pada November 2010.

FRANSISCO ROSARIANS


Bertahan setelah Tertendang dari Tanah Abang

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus