Dan perempuan itu dilihatnya masih di sela gerumbul bunga. Tubuhnya tidak ramping lagi. Rambutnya abu-abu, juga putih, bagai perak; hampir serupa rambut dia. Waktu telah menyepuh rambut mereka, juga usia, tanpa terasa. Berapa lagi tersisa, saldonya? Ia ingat, ada teman sesama pensiunan suka sekali menghitung-hitung. Tiap bertemu menghitung. "Ha, sudah delapan persepuluh lebih segaris. Lepas asyar," dia bilang. Jumpa lagi: "Mendekati sembilan persepuluh." Bertemu lagi: "Ha, pas kini sembilan persepuluh. Sudah menguat cahaya senja. Dan juga bau malam!"
PEREMPUAN itu dilihatnya masih di sela-sela gerumbul bunga. Berjongkok, atau membungkuk, kadang berdiri. Tubuhnya tidak ramping lagi. Rambutnya ikal, abu-abu. Juga putih, seperti perak. Jari-jemarinya cekatan menyiangi daun serta pokok bunga, menapasi kuncup baru hingga bertunas lalu mekar semerbak jadi bunga."Sudah empat puluh tahun," ujar lelaki tua itu, di antara aroma kopi dan harum bunga yang dibawa angin ke beranda. Empat puluh tahun lamanya ...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.