Balada Sawah dan Pesona yang Hilang
Ahyar Anwar
DOSEN FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR SERTA PENELITI SOSIAL DAN ILMU-ILMU HUMANIORA UNM
Dulu, di sepanjang Jalan Hertasning Baru, Kota Makassar, terpampang sawah yang meruah dan melampaui batas pandangan kita. Dulu, di sepanjang Jalan Andi Pangerang Pettarani, juga terpampang sawah yang melimpah, tapi kini telah tertutup oleh beton-beton yang tinggi. Mungkin hanya tinggal menunggu waktu saja semua sawah di rentang kiri-kanan Jalan Hertasning Baru akan berubah menjadi komposisi beton-beton. Kejadian miris terjadi pada hampir semua kota besar dan kota-kota kecil yang sedang tumbuh.
Masyarakat Sulawesi Selatan umumnya memandang sawah sebagai sebuah ruang sakral yang sangat spiritual. Sawah dipandang sebagai ruang historis asal mula manusia sekaligus masa depan. Nyaris sama dengan konsep waktu dalam sudut pandang Islam yang menjangkau kini dan nanti. Sawah ditempatkan sebagai ruang untuk menilai politik, ekonomi, dan spiritualitas sekaligus.
Ahyar Anwar
DOSEN FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR SERTA PENELITI SOSIAL DAN ILMU-ILMU HUMANIORA UNM
Dulu, di sepanjang Jalan Hertasning Baru, Kota Makassar, terpampang sawah yang meruah dan melampaui batas pandangan kita. Dulu, di sepanjang Jalan Andi Pangerang Pettarani, juga terpampang sawah yang melimpah, tapi kini telah tertutup oleh beton-beton yang tinggi. Mungkin hanya tinggal menunggu waktu saja semua sawah di renta
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini