Golput?
PADA jam menjelang tenggat di kantor beberapa waktu yang lalu, seorang kawan berteriak ke arah televisi. "Hidup golput!" serunya. Saya melirik ke arah televisi. Di layar, iklan kampanye tokoh baru saja berlalu.
"Orang fasis tak boleh jadi presiden," dia menyerocos. Mulanya saya tak mengacuhkan. Saya belum kelar mengetik berita.
"Kalau dia jadi presiden, demokrasi negara ini bisa hancur," kata dia. Teman ini lalu menceritakan
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini