Anak Panah di Benteng Vastenburg

Di Solo International Performing Art, Melati Suryodarmo menggabungkan sejumlah elemen seni. Juga memaknai ulang kisah Ramayana.

Tempo

Senin, 10 September 2018

Wahai angin, tiuplah angin / Wahai air, alirkan air / Jiwaku dan ragaku bukanlah milikmu / Menantimu dalam sepi / Hadirlah padaku / Mari menari lagi dalam sunyi / Menari bagai bidadari-bidadari / Nyanyi sepi.

Sebait puisi yang dilagukan seorang perempuan dengan sendu mendayu itu mengiring munculnya Melati Suryodarmo yang berkostum serba merah. Tangan kirinya menggenggam busur kayu. Di pinggang kanannya tergantung quiver berisi sejumlah anak p

...

Berita Lainnya