Szerelam

Wihambuko Tiaswening Maharsi

KAMU bisa saja menyimpan kenangan, tapi kamu tak pernah bisa memiliki masa lalu kembali. Begitu kata pamanku suatu sore, ketika aku berpamitan pergi ke tanah lapang. Dia baru saja selesai mengisi bak mandi. Kukira dia tidak sungguh-sungguh mengatakan itu. Aku percaya perkataan itu tidak akan keluar dari hati seseorang yang masih menyimpan puluhan piringan hitam lawasnya.

Szerelam, begitu aku menyebut tanah lapang itu, dikepung gedung-gedung dan dikelilingi jalan sempit. Beberapa pohon yang berjajar di pinggirnya sudah ditebas, termasuk yang ada ayunannya. Sisanya yang masih tegak ditembak cahaya matahari yang mengapung 12 di atas horison, menjatuhkan bayangan ke tengah. Ada keheningan yang hangat. Terdengar suara kendaraan yang melintas sesekali.

Minggu, 16 Agustus 2015

Wihambuko Tiaswening Maharsi

KAMU bisa saja menyimpan kenangan, tapi kamu tak pernah bisa memiliki masa lalu kembali. Begitu kata pamanku suatu sore, ketika aku berpamitan pergi ke tanah lapang. Dia baru saja selesai mengisi bak mandi. Kukira dia tidak sungguh-sungguh mengatakan itu. Aku percaya perkataan itu tidak akan keluar dari hati seseorang yang masih menyimpan puluhan piringan hitam lawasnya.

Szerelam, begitu aku menyebut tanah lapang itu, d

...

Berita Lainnya