Berbuka dengan Puisi

Gol A Gong,
KETUA UMUM FORUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT INDONESIA

Setiap pulang dari sebuah perjalanan, oleh-oleh untuk anak dan istriku adalah prosa dan puisi. Aku tak sanggup memasukkan Indonesia yang indah ini ke dalam blue ransel yang setia kusandang ke mana pun pergi. Apalagi memasukkan masjid-masjidnya, yang begitu megah-mewah, sementara para kiai dan jemaahnya miskin.

Ketika menjelajahi Sumatera selama lima hari (1 Mei-23 Juni), aku menemukan sedikit sekali orang Indonesia yang menyukai puisi. Dalam sebuah acara di Dewan Kesenian Riau, misalnya, tak lebih 50 orang saja yang ikut berpesta puisi. Ini kalah riuh dibanding ribuan orang yang berbondong menonton pertunjukan band. Begitu juga ketika berziarah ke makam Raja Ali Haji di Pulau Penyengat, tak banyak gurindam atau buku puisi kutemukan di pulau ini. Warganya terlalu sibuk menyambut wisatawan asing dan domestik, serta mengantarkannya dengan becak motor berkeliling pulau.

Kamis, 1 Agustus 2013

Gol A Gong,
KETUA UMUM FORUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT INDONESIA

Setiap pulang dari sebuah perjalanan, oleh-oleh untuk anak dan istriku adalah prosa dan puisi. Aku tak sanggup memasukkan Indonesia yang indah ini ke dalam blue ransel yang setia kusandang ke mana pun pergi. Apalagi memasukkan masjid-masjidnya, yang begitu megah-mewah, sementara para kiai dan jemaahnya miskin.

Ketika menjelajahi Sumatera selama lima hari (1 Mei-23 Juni), aku menemuka

...

Berita Lainnya