Angin segar menerpa wajah saya saat berdiri di bibir pintu pesawat yang baru saja tiba di Macau International Airport. Waktu menunjukkan pukul 20.45, waktu setempat lebih cepat satu jam dari Jakarta. Setengah berlari, saya menuruni anak tangga pesawat. Bukan cuma saya, penumpang yang lain juga bergegas mencari tempat berlindung. Di dalam bangunan bandar udara ternyata bukan kehangatan yang saya dapatkan, malah dingin dari penyejuk udara setali ti