Kisah Ludruk Melawan Jepang
Irama Budaya Sinar Nusantara Surabaya mementaskan lakon tentang seniman ludruk legendaris, Cak Durasim. Sederhana tapi mengena.
Tempo
Sabtu, 25 Agustus 2018
SEORANG perempuan menangis tersedu-sedu sambil terus meneriakkan nama suaminya, Cak Durasim. Sesekali ia berlari ke kanan dan kiri panggung seperti sedang mencari sosok suaminya yang tak kunjung pulang ke rumah. "Sedino, seminggu, sewulan, ndak mulih-mulih, Cak (sehari, seminggu, sebulan, tidak pulang-pulang, Cak)," kata dia dalam bahasa Jawa.
Tangis perempuan itu tak lantas berhenti ketika akhirnya Durasim pulang. Sambil terisak-isak, ia mengaku
...