Ahok dan Perang Keramaian

Aton Rustandi Muliana (2014) dalam studinya secara spesifik menjelaskan bahwa keramaian, kegaduhan, dan kebisingan sering kali dibentuk atas dasar kesengajaan. Keramaian itu adalah sebuah citra sosial yang dibangun untuk memberi kesan mendalam terkait dengan dua hal, yakni kekuatan dan peristiwa besar. Dalam konteks permasalahan yang dihadapi Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang dituduh menistakan agama, misalnya, kemudian ada gerakan dari masyarakat—berbasis agama—turun ke jalan dengan jumlah besar. Mereka ingin mengkonstruksi citra sebuah kekuatan massa sekaligus hendak menunjukkan bahwa kasus itu besar dan penting. Setelahnya, keramaian tidak hanya diwakili oleh tubuh-tubuh yang berkumpul, tapi juga komentar-komentar di media sosial. Perang wacana dan pembelaan dari masing-masing kubu menjadi kegaduhan—keramaian—tersendiri yang tak kalah sengit.

Selasa, 20 Desember 2016

Aris Setiawan
Etnomusikolog ISI Surakarta

Aton Rustandi Muliana (2014) dalam studinya secara spesifik menjelaskan bahwa keramaian, kegaduhan, dan kebisingan sering kali dibentuk atas dasar kesengajaan. Keramaian itu adalah sebuah citra sosial yang dibangun untuk memberi kesan mendalam terkait dengan dua hal, yakni kekuatan dan peristiwa besar. Dalam konteks permasalahan yang dihadapi Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang dituduh menistakan ag

...

Berita Lainnya