Partisipasi dan Pemilu

Mimin Dwi Hartono,
Koordinator Jaringan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia

Dalam setiap pemilihan umum (pemilu), angka partisipasi masih dipakai sebagai indikator terpenting keberhasilan penyelenggaraan pemilihan umum. Pada masa Orde Baru, angka partisipasi warga negara dalam memilih jauh lebih tinggi dibanding pemilu era reformasi yang akan segera terlaksana untuk ketiga kalinya (2004, 2009, dan 2014).

Pada era Orba yang hanya diikuti oleh tiga parpol--PPP, Golkar, dan PDI--angka partisipasi hampir mencapai 100 persen karena doktrin penguasa kepada warga negara bahwa memilih adalah kewajiban. Yang tidak memilih dianggap telah melawan negara (subversi) dan dikriminalkan. Sebagian besar suara digiring lari ke Golkar sebagai penguasa tunggal waktu itu. Dua parpol lain hanya sebagai "pelengkap penderita".

Rabu, 9 April 2014

Mimin Dwi Hartono,
Koordinator Jaringan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia

Dalam setiap pemilihan umum (pemilu), angka partisipasi masih dipakai sebagai indikator terpenting keberhasilan penyelenggaraan pemilihan umum. Pada masa Orde Baru, angka partisipasi warga negara dalam memilih jauh lebih tinggi dibanding pemilu era reformasi yang akan segera terlaksana untuk ketiga kalinya (2004, 2009, dan 2014).

Pada era Orba yang hanya diikuti oleh tig

...

Berita Lainnya