Atut dan Fashion

Dianing Widya,
Novelis dan Pegiat Sosial

Beberapa waktu lalu, Tempo menurunkan laporan yang memperlihatkan bagaimana Gubernur Banten Atut Chosiyah bisa menghabiskan uang ratusan juta rupiah untuk membeli pakaian dan aksesori. Atut pernah membelanjakan uang Rp 430 juta di butik Hermes di Tokyo, Jepang, pada Februari 2012. Pada kesempatan yang sama, Atut juga berbelanja senilai Rp 100 juta di toko Daikokuya.

Tentu saja yang dibeli Atut tak sekadar pakaian, tapi citra (imaji) dari pakaian itu. Ia tidak sedang berhadapan dengan kebutuhan (need), melainkan keinginan (desire). Jika kebutuhan dibatasi oleh fungsi, keinginan akan dibatasi oleh uang. Jadi, fashion-pakaian, busana, aksesori, hingga kendaraan tunggangan-tak sekadar benda mati. Lebih dari itu, fashion merupakan pernyataan diri. Berpakaian adalah cara menyampaikan identitas diri kepada orang lain, yakni statement kelas dan status.

Jumat, 6 Desember 2013

Dianing Widya,
Novelis dan Pegiat Sosial

Beberapa waktu lalu, Tempo menurunkan laporan yang memperlihatkan bagaimana Gubernur Banten Atut Chosiyah bisa menghabiskan uang ratusan juta rupiah untuk membeli pakaian dan aksesori. Atut pernah membelanjakan uang Rp 430 juta di butik Hermes di Tokyo, Jepang, pada Februari 2012. Pada kesempatan yang sama, Atut juga berbelanja senilai Rp 100 juta di toko Daikokuya.

Tentu saja yang dibeli Atut tak sekada

...

Berita Lainnya